Kasus Oknum ASN Gorontalo

Amin Ramadhan, ASN Gorontalo Utara Beberkan Bukti Klarifikasi Dugaan Pelecehan yang Menjeratnya

Amin Ramadhan buka kronologi dugaan pelecehan anak di Gorontalo, jelaskan somasi, klarifikasi keluarga, dan proses laporan polisi.

|
TribunGorontalo.com/Jefry Potabuga
DUGAAN PELECEHAN -- Terlapor dalam kasus dugaan pelecehan terhadap anak di bawah umur di Kota Gorontalo, Mohammad Amin Ramadhan, bersama keluarga menyampaikan klarifikasi melalui konferensi pers, Kamis (13/11/2025) 

Korban awalnya menjalin hubungan asmara dengan pelaku utama, namun hubungan tersebut berubah menjadi jerat manipulatif.

Korban dipaksa melayani nafsu pelaku, bahkan diminta untuk tidak menolak saat pelaku mengajak dua temannya ikut melakukan tindakan yang sama.

Peristiwa ini terjadi berulang kali di berbagai lokasi, termasuk penginapan, kos-kosan, dan mobil pribadi pelaku.

“Yang saya tahu kejadian itu terjadi dari bulan Februari 2025 sampai dengan bulan puasa. Mereka melakukan itu berulang kali,” jelas Y.

Korban mengaku diancam agar tidak melawan, bahkan dijanjikan akan dinikahi sebagai bentuk “tanggung jawab”. Namun, ancaman dan tekanan terus berlanjut.

“Anak saya dipaksa, dia diancam. Katanya pelaku mau tanggung jawab, tapi malah ngajak teman-temannya,” ujar sang ibu.

Modus Kekerasan: Pijat, Kunci Kamar, dan Ancaman

Pendamping hukum korban, Tia Badaru, menjelaskan bahwa salah satu kejadian terjadi di indekos saat bulan puasa.

Korban diminta menunggu pelaku dengan alasan akan dipijat. Setelah itu, pelaku dan tukang pijat mengunci pintu kamar, mengambil ponsel korban, dan memaksa korban membuka pakaian.

“Handphone korban diambil, mulutnya ditutup, lalu mereka bilang buka bajunya dan langsung melakukan tindakan itu,” tegas Tia.

Modus serupa dilakukan berulang kali dengan orang yang berbeda. Korban tidak berani melapor karena takut dan merasa terikat secara emosional karena status pacaran.

“Mereka main bertiga. Anak ini takut melapor, dan karena baru pacaran, dia pikir itu bentuk kasih sayang,” tambahnya.

Mahar, Pertemuan Keluarga, dan Pembatalan Pernikahan

Setelah korban mulai menunjukkan tanda-tanda frustasi, keluarga pelaku dan korban sempat bertemu di sebuah rumah makan untuk membahas pemberian mahar.

Dalam pertemuan itu, korban mulai memberontak dan mengungkapkan bahwa dirinya telah dipaksa melayani pelaku dan teman-temannya.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved