Berita International

Dokter di China Tanam Hati Babi yang Dimodifikasi Genetik ke Tubuh Pasien Manusia

Untuk pertama kalinya dalam sejarah medis, tim ahli bedah di China berhasil melakukan transplantasi sebagian hati yang diambil dari babi hasil

Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
TRANSPALANTASI -- Langkah berani dokter di China mencetak sejarah baru dunia medis. Untuk pertama kalinya, sebagian hati dari babi hasil rekayasa genetik berhasil ditanamkan ke tubuh manusia dan berfungsi normal selama lebih dari sebulan. Prosedur ini disebut para ahli sebagai tonggak awal “era baru transplantasi hati”, membuka harapan baru bagi jutaan pasien gagal organ di seluruh dunia. 

Belum lama ini, tim dokter di China juga melaporkan keberhasilan lain, seorang perempuan berusia 69 tahun bertahan hidup lebih dari enam bulan dengan ginjal babi hasil rekayasa genetik. 

Bahkan, ada pula laporan transplantasi paru babi pada pasien yang dinyatakan mati otak, sesuatu yang belum pernah dilakukan di negara lain.

Masalah penyakit hati di China sendiri menjadi krisis kesehatan nasional.

Setiap tahun lebih dari 300 ribu orang di negeri itu mengalami gagal hati, sementara jumlah donor manusia sangat terbatas, pada tahun 2022, hanya sekitar 6.000 transplantasi hati dari manusia yang berhasil dilakukan.

Peneliti utama studi ini, Dr. Beicheng Sun dari Universitas Kedokteran Anhui, mengatakan bahwa sejak awal tujuan timnya bukan untuk menjadikan hati babi itu permanen di tubuh pasien.

“Saya memang tidak ingin hati babi itu berada di tubuh manusia terlalu lama. Tujuannya hanya sebagai jembatan sementara agar hati pasien bisa pulih atau sampai ada donor manusia yang cocok,” ujar Sun.

Ia menambahkan, jika transplantasi hati dari hewan bisa berfungsi sementara, dokter akan punya cukup waktu, satu hingga tiga bulan, untuk menemukan donor manusia.

“Ini menunjukkan potensi besar untuk membantu regenerasi hati,” katanya.

Di sisi lain, para ahli di Amerika Serikat sejauh ini lebih berhati-hati.

Mereka memang telah menanamkan jantung dan ginjal babi ke beberapa pasien, namun masih enggan melakukan transplantasi hati karena kompleksitasnya tinggi. 

Sebagai alternatif, ilmuwan AS sedang mengembangkan metode “dialisis hati,” yakni mengalirkan darah pasien melalui hati babi yang dimodifikasi di luar tubuh untuk membantu detoksifikasi sementara.

Metode ini sudah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk uji klinis bagi pasien gagal hati kronis dengan kondisi kritis, dan diharapkan segera dimulai dalam waktu dekat.

(*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved