Lipsus Harga Beras

Lonjakan Harga Beras Bikin Penjual 'Nasi Kucing' Gorontalo Berencana Kurangi Porsi

Kenaikan harga beras di Kabupaten Gorontalo terus berlanjut dan kini mulai menghimpit geliat usaha kecil, khususnya pedagang makanan

|
Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
NASI KUCING -- Ilustrasi nasi kucing dijual. Pengusana nasi kucing harus putar otak memikirkan dampak kenaikan harga beras di Gorontalo. 

Sutrianti pun memilih langkah serupa dengan Yahya, yakni mengurangi porsi nasi ketimbang menaikkan harga. 

Ia mengaku khawatir pelanggan akan berkurang jika harga jual dinaikkan.

"Masih tetap seperti itu harganya, tapi porsi sedikit dikurangi," ujarnya.

Ia menduga, salah satu penyebab naiknya harga beras adalah banyak sawah di Desa Luhu yang terendam banjir, menyebabkan gagal panen. 

Akibatnya, beras yang tersedia dalam gudang semakin langka dan otomatis mengalami kenaikan harga.

Memang harga beras di Kabupaten Gorontalo kembali melonjak tajam dan membuat resah warga serta pedagang.

Di Pasar Sentral Limboto, harga beras kini mencapai Rp820 ribu per koli, naik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya.

Kenaikan harga yang mulai terasa sejak Juni 2025 ini dinilai sangat membebani, terutama bagi masyarakat yang bisa dikatakan berpenghasilan rendah. 

Salah satu pedagang, Emus Kadir (48), mengungkapkan bahwa harga tergantung kualitas dan asal beras. 

‎"Harga beras sekarang di Limboto Kabupaten Gorontalo ini tembus Rp820 ribu per koli, tapi tergantung dari kualitas beras. Ada juga yang Rp800 ribu, ada juga yang Rp750 ribu untuk beras lokal," ungkap Emus saat ditemui TribunGorontalo.com di lapaknya, Selasa (22/7/2025).

Dalam hal ini, jika beras dijual eceran kata Emus bisa berkisar antara Rp13.500 hingga Rp14.00 per liter. Ia menjual berbagai macam beras seperti ciheran, nurdin dan beras lokal.

Emus mengaku sebagian besar beras yang dijualnya berasal dari Sulawesi Tengah, sementara sisanya dari petani lokal di Gorontalo.

‎‎Namun, Emus menilai bahwa kualitas beras lokal masih belum bisa bersaing.

"Sebelumnya itu per koli hanya Rp650 ribu. Sekarang sudah naik jadi Rp820 ribu. Menurut saya, ini karena panen di Kabupaten Gorontalo masih kurang, dan kualitas beras lokal itu juga masih di bawah," jelasnya. (*/Jian) 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved