Berita Internasional
Amerika Mulai Terima Lagi Permohonan Visa Pelajar, Tapi Perketat Pemeriksaan Medsos
Amerika Serikat kembali membuka penjadwalan permohonan visa bagi pelajar dan peserta program pertukaran pelajar.
Aktivitas-aktivitas tersebut kini menjadi perhatian khusus dalam proses seleksi visa oleh pemerintahan Trump.
Sasar Harvard dan Mahasiswa dengan Akun Tertutup
Langkah ini bukan hanya menyasar secara umum. Dalam kabel diplomatik lainnya yang dikirim akhir Mei lalu, Rubio meminta seluruh misi konsuler AS di dunia untuk mulai menerapkan penyaringan tambahan terhadap pemohon visa yang hendak bepergian ke Universitas Harvard, salah satu universitas tertua dan terkaya di AS.
Pemerintah Trump memang tengah berselisih dengan Harvard dalam berbagai isu.
Kebijakan itu disebut sebagai “program percontohan” yang kelak bisa dijadikan model penyaringan ketat di kampus-kampus lain.
Lebih lanjut, kabel tersebut juga menyatakan bahwa jika pemohon visa memiliki akun media sosial yang bersifat pribadi atau tertutup, hal itu bisa dianggap sebagai indikasi sifat yang tertutup atau mencurigakan, dan menjadi alasan untuk meragukan kredibilitas pemohon.
Kekhawatiran Serangan terhadap Kebebasan Berpendapat
Di sisi lain, para pengkritik Presiden Trump menyebut kebijakan ini sebagai serangan terhadap kebebasan berpendapat, yang dijamin dalam Amandemen Pertama Konstitusi AS.
Namun, bagi pemerintahan Trump, aktivitas yang dianggap antisemitik atau anti-Amerika telah menjadi tanda bahaya utama dalam proses evaluasi visa.
Dalam kabel internal lainnya bertanggal 14 Juni, Departemen Luar Negeri bahkan merekomendasikan agar 36 negara tambahan masuk dalam daftar larangan perjalanan ke AS sebagai bagian dari kebijakan keamanan nasional.
Kebijakan baru ini menegaskan pendekatan pemerintahan Trump yang lebih selektif dan ketat terhadap siapa saja yang ingin masuk ke Amerika — terutama mereka yang datang dari kalangan akademik dan aktivis luar negeri. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.