Arti Kata
Apa Itu Resesi? Pemerintah Sampai Siapkan Strategi untuk Hadapi Ancamannya di 2023
Masyarakat Indonesia belakangan ini dikhawatirkan dengan ancaman resesi ekonomi yang disebut-sebut akan terjadi pada tahun 2023, apa itu resesi?
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNGORONTALO.COM - Masyarakat Indonesia bahkan dunia belakangan ini dikhawatirkan dengan adanya resesi yang terancam akan terjadi pada tahun 2023 mendatang.
Selain memberi peringatan, pemerintah Indonesia juga telah mempersiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi resesi ekonomi tahun depan.
Topik resesi tak hanya hangat dibicarakan di Indonesia saja namun juga berbagai negara.
Namun apakah Anda telah mengetahui arti kata dari resesi?
Baca juga: Sri Mulyani Tanggapi soal Ancaman Resesi Indonesia Termasuk Korsel, China, Jepang
Apa Itu Resesi?
Dilansir TribunGorontalo.com dari Encyclopedia Britannica, resesi adalah istilah di bidang ekonomi untuk menggambarkan tren penurunan dalam siklus bisnis dengan ditandai penurunan produksi dan penyerapan tenaga kerja yang pada gilirannya menyebabkan pendapatan serta pengeluaran rumah tangga menurun.
Singkatnya, resesi merupakan periode penurunan ekonomi sementara di mana aktivitas perdagangan dan industri berkurang.
Resesi umumnya ditandai dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam dua kuartal berturut-turut.
Baca juga: Beda dengan Ferdy Sambo, Bharada E Pilih Tak Ajukan Eksepsi, Apa Itu Eksepsi?
Meskipun tidak semua rumah tangga dan bisnis mengalami penurunan pendapatan yang sebenarnya, ekspektasi mereka tentang masa depan menjadi kurang pasti selama resesi.
Akibatnya mereka bisa saja menunda melakukan pembelian atau investasi dalam jumlah besar.
Dalam resesi, penurunan output dapat ditelusuri ke pengurangan pembelian barang-barang rumah tangga tahan lama oleh konsumen dan mesin serta peralatan oleh bisnis.
Selain itu juga pengurangan penambahan barang ke persediaan atau persediaan.
Baca juga: Apa Itu Drone Kamikaze? Pesawat Tanpa Awak Buatan Iran yang Dipakai Rusia untuk Serang Ukraina
Efek terbesar resesi mungkin pada persediaan, bisnis berhenti menambah persediaan mereka dan menjadi lebih bersedia dalam memanfaatkan mereka untuk memenuhi pesanan produksi.
Penurunan persediaan dengan demikian memiliki dampak ganda pada volume produksi.
Apakah resesi berkembang menjadi depresi yang parah dan berkepanjangan tergantung pada sejumlah keadaan.
Keadaan tersebut di antaranya ialah luas dan kualitas kredit yang diberikan selama periode kemakmuran sebelumnya, jumlah spekulasi yang diizinkan.
Baca juga: Para Hakim Penyidang Ferdy Sambo dkk Tak Ditempatkan di Safe House, Apa Itu Safe House?
Kemudian, kemampuan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal untuk membalikkan tren penurunan, serta jumlah kelebihan kapasitas produktif yang ada.
Strategi Pemerintah Hadapi Resesi
Dilansir TribunGorontalo.com dari Kontan.co.id, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sudah merancang kebijakan fiskal tahun 2023 dalam rangka persiapan menghadapi ancaman resesi ekonomi global.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa ekspor Indonesia akan terpengaruh apabila ekonomi dunia jatuh dalam reses.
Baca juga: Apa Itu Rossoneri? Julukan untuk AC Milan dalam Bahasa Italia yang Simpan Arti Kata Ini
Selain itu, pertahanan dalam negeri juga akan terus dilindungi, "misalnya saja konsumsi masyarakat," ujar Sri Mulyani dalam Seminar Nasional dan Konferensi tentang Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Pembangunan Berkelanjutan, Rabu (19/10).
Menurut Sri Mulyani, penting untuk menjaga daya beli masyarakat tetap tinggi saat perekonomian global mengancam.
Sri Mulyani juga memastikan bahwa belanja pemerintah akan selektif karena adanya exposure pengetatan likuiditas serta kenaikan dolar AS.
Hal ini, lanjut Sri Mulyani, sejalan dengan upaya pemerintah yang akan mengembalikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di 2023 kembali ke 3 persen dari PDB.
Baca juga: Jokowi Bentuk TGIPF untuk Tragedi Kanjuruhan dan Tunjuk Mahfud MD Jadi Ketua, Apa Itu TGIPF?
Tak hanya itu, risiko lain yang harus diwaspadai akibat ancaman resesi yakni tekanan inflasi.
Sri Mulyani menilai bahwa inflasi yang melonjak tinggi disebabkan karena adanya kenaikan harga komoditas, dan pelemahan rupiah sehingga memicu kenaikan harga atau disebut imported inflation.
Pemerintah juga akan terus mewaspadai perang Rusia vs Ukraina karena dikhawatirkan bisa menyebabkan gangguan suplai serta potensi moderasi harga komoditas dan pengetatan moneter yang agresif.
(TribunGorontalo.com/NinaYuniar) (Kontan.co.id/Siti Masitoh)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Sri Mulyani Ungkap Strategi Pemerintah Hadapi Ancaman Resesi Global Tahun Depan"