Kasus Oknum ASN Gorontalo

Modus Halus Oknum ASN di Gorontalo: Pacari Anak di Bawah Umur hingga Dipaksa Layani Teman-temannya

Remaja di Gorontalo menjadi korban perlakuan tidak pantas oleh oknum ASN. Pelaku awalnya menggunakan bujuk rayu dan janji untuk memperdaya korban.

|
(KOMPAS.COM/HANDOUT)
ILUSTRASI - Remaja di Gorontalo menjadi korban perlakuan tidak pantas oleh oknum ASN. Pelaku awalnya menggunakan bujuk rayu dan janji untuk memperdaya korban. (KOMPAS.COM/HANDOUT) 

Ringkasan Berita:
  • Pelaku menggunakan mpdus halus untuk memperdaya korban.
  • Awalnya korban pecaya hubungannya wajar tapi kemudian menjadi sarana pelaku bertindak semena-mena.
  • Pelaku sempat menjanjikan pernikahan namun tetap menambah tekanan dengan melibatkan teman-temannya.

 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Remaja perempuan di Gorontalo menjadi korban dugaan kekerasan seksual yang dilakukan oleh oknum ASN Gorontalo Utara dengan modus halus.

Pelaku diduga tengah menjalin asmara dengan korban sebelum melakukan tindakan yang tidak pantas.

Pelaku ini adalah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Gorontalo Utara dan juga merupakan lulusan elit khusus pegawai.

Menurut pengakuan ibu korban, Y, sang anak ini awalnya masih percaya bahwa hubungan itu wajar karena status pacaran.

Namun, lama-kelamaan ini menjadi alasan pelaku untuk memanipulasinya.

Bahkan korban sempat disuruh untuk melayani teman-temannya.

Kuasa hukum korban, Tia Badaru juga menambahkan bahwa pelaku kerap menggunakan alasan sederhana untuk mempengaruhi korban.

Seperti mengajak korban ke tukang pijat, bertemu di tempat tertentu agar korban bersikap patuh dan menuruti semua keinginan pelaku.

“Handphone korban diambil, mulutnya ditutup, lalu mereka bilang buka bajunya dan langsung melakukan tindakan itu,” tegas Tia.

Baca juga: Wanita Gorontalo Dipaksa Pacar Layani Nafsu Teman-Temannya, Pelaku Diduga Oknum ASN

Peristiwa ini terjadi berulang kali sejak awal tahun 2025 di berbagai lokasi, termasuk penginapan, kos-kosan, dan mobil pribadi pelaku.

Modus serupa dilakukan berulang kali dengan orang yang berbeda. 

Korban tidak berani melapor karena takut dan merasa terikat secara emosional karena status pacaran.

“Mereka main bertiga. Anak ini takut melapor, dan karena baru pacaran, dia pikir itu bentuk kasih sayang,” tambahnya.

Korban mengaku diancam agar tidak melawan, bahkan dijanjikan akan dinikahi sebagai bentuk “tanggung jawab” agar ajakannya tidak ditolak.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved