Kasus Puskes Sipatana

Ombudsman Gorontalo Soroti Dugaan Pelanggaran Berat, Kapus Sipatana Menolak Klarifikasi

Kepala Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Gorontalo memberikan keterangan setelah melakukan kunjungan ke Puskesmas Sipatana

Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Fadri Kidjab
TribunGorontalo.com/Jefry Potabuga
DUGAAN MALADMINISTRASI -- Ombudsman RI Perwakilan Gorontalo sidak Puskesmas Sipatana Kota Gorontalo, buntut dugaan kelalaian pelayanan, Kamis (20/11/2025). Kapus menolak klarifikasi. (Sumber foto: TribunGorontalo.com/Jefri Potabuga) 

“Kami kenal beliau pendiam dan tidak pernah menuntut apa-apa,” ujarnya.

Selama 15 tahun, Havid merantau ke Bandung, Jawa Barat, untuk bekerja mencari nafkah. Ia kembali ke Gorontalo dua tahun lalu setelah penyakit magh yang dideritanya sering kambuh.  

“Almarhum pulang karena sakit. Sudah tidak kuat tinggal di sana,” tambah Beby.  

Havid merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Kedua orang tuanya telah lama meninggal dunia. 

Ia tinggal di rumah tantenya yang juga sudah wafat, bersama salah satu kakaknya yang kini menempati rumah tersebut.  

Baca juga: Ambulans Dipersoalkan Keluarga Pasien, Kapus Sipatana Gorontalo Minta Maaf, Sebut Ada Miskomunikasi

Suasana Duka di Rumah Keluarga  

SOSOK HAVID -- Beby Duto menangis saat menceritakan sosok Havid Duto dalam program Saksi Kata, Rabu malam (19/11/2025). Havid Duto telah meninggal dunia. (Sumber Foto: TribunGorontalo.com)
SOSOK HAVID -- Beby Duto menangis saat menceritakan sosok Havid Duto dalam program Saksi Kata, Rabu malam (19/11/2025). Havid Duto telah meninggal dunia. (Sumber Foto: TribunGorontalo.com) (TribunGorontalo.com/Jefry Potabuga)

Ketika TribunGorontalo.com menyambangi keluarga pada Rabu malam, suasana duka masih terasa. 

Beberapa anggota keluarga tampak belum sepenuhnya percaya bahwa Havid pergi begitu cepat. 

Kasus ini menjadi sorotan setelah keluarga menyebut ambulans tidak bisa digunakan untuk membawa Havid karena sopir puskesmas diduga sedang mengikuti pertandingan bola voli.  

“Kami pikir ambulans bisa datang cepat. Tapi kami malah disuruh tunggu,” ucap salah satu keluarga dengan suara tertahan.  

Karena tidak mendapat layanan darurat, keluarga akhirnya mencari cara lain untuk membawa Havid ke rumah sakit. 

Ia sempat mendapat pertolongan selama hampir dua jam, sebelum menghembuskan napas terakhir usai salat magrib.  

Kasus ini kini mendapat perhatian serius dari Ombudsman Gorontalo dan Pemerintah Kota Gorontalo.

Ombudsman telah turun langsung ke Puskesmas Sipatana pada Kamis (20/11/2025) untuk meminta penjelasan dan menelusuri standar pelayanan pada hari kejadian.  

Namun, Kepala Puskesmas Sipatana, Rita Bambang, tidak dapat ditemui karena disebut sedang sakit.  

Keluarga berharap tidak ada lagi warga yang mengalami hal serupa, terutama dalam layanan darurat yang seharusnya cepat dan responsif.  

Warga sekitar juga mengenang Havid sebagai pribadi sederhana.

Beberapa tetangga mengaku terkejut saat mengetahui keterlambatan ambulans menjadi bagian dari peristiwa yang merenggut nyawa Havid.  

“Kami kaget dan sedih,” ujar tetangga Havid.  

 

(TribunGorontalo.com/Jefry Potabuga)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved