PEMPROV GORONTALO

Informasi untuk Petani Gorontalo, Jagung Tak Harus Super Kering, Harga Rp 5–6 Ribu per Kg

Petani jagung di Gorontalo kini tak perlu lagi khawatir jika hasil panennya belum mencapai kadar air 14 persen.

Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com/Jefry Potabuga
PANEN JAGUNG - Foto Dari Kiri ke Kanan: Bupati Gorontalo Sofyan Puhi, Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail, Kapolda Gorontalo Irjen Pol R Eka Wahyu Prasetyo, dan Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan RM Ende Dezeanto. Kegiatan panen jagung dan penyerahan benih dilaksanakan di Desa Tabongo Timur, Kabupaten Gorontalo, Senin (21/4/2025). 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Petani jagung di Gorontalo kini tak perlu lagi khawatir jika hasil panennya belum mencapai kadar air 14 persen.

Pemerintah pusat telah mengubah aturan pembelian jagung, sehingga kadar air 18–20 persen pun tetap dibeli dengan harga layak.

Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail menyampaikan bahwa Bulog akan membeli jagung kadar air 14 persen seharga Rp6.400 per kilogram.

Sedangkan untuk kadar air 18–20 persen dihargai Rp5.500 per kilogram.

Kebijakan ini diambil Presiden karena memahami kenyataan di lapangan.

Banyak petani belum bisa capai kadar air rendah karena tidak punya alat pengering.

Dengan harga ini, petani tetap untung meski hanya keringkan jagung di bawah sinar matahari.

"Saya yakin dan percaya, para petani mampu untuk memenuhi kadar airnya cukup dengan mengeringkan ke sinar matahari,’ ucap Gusnar saat diwawancara.

Tambahan Rp200 per Kg untuk Ongkos Kirim

Tak hanya menetapkan harga beli baru, pemerintah juga memberikan insentif transportasi bagi petani.

Setiap kilogram jagung yang dikirim ke gudang Bulog akan mendapat biaya pengganti sebesar Rp200, tergantung jarak lokasi pengiriman.

Kebijakan ini menjadi angin segar bagi petani, terutama yang berasal dari daerah pedalaman yang selama ini terbebani biaya logistik.

Sementara itu, Pimpinan Wilayah Bulog Sulutgo, Ermin Tora, menegaskan bahwa pihaknya juga akan terus menyalurkan beras program SPHP secara masif ke pasar, ritel, dan pengecer.

Upaya ini dilakukan untuk menekan harga beras yang masih tinggi di pasaran.

Dengan dua kebijakan ini, pemerintah berharap rantai pasok pangan makin efisien, petani sejahtera, dan masyarakat tetap bisa membeli bahan pokok dengan harga yang stabil.

“Kita berharap dengan adanya pasokan beras yang kita masifkan ke pasar dan masyarakat, ini akan mempermudah masyarakat mendapatkan beras dengan harga terjangkau dan pada akhirnya itu akan membuat harga beras pasaran lebih stabil,” kata Ermin.

(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved