Tribun HIS
30 Tahun Arungi Laut Tomini, Nelayan Leato Selatan Curhat Tak Mampu Kuliahkan Anak Perempuan
Rikson B Asi, seorang nelayan yang telah 30 tahun menggantungkan hidupnya dari Laut Teluk Tomini di Leato Selatan, Kota Gorontalo, menyimpan sebuah im
Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Rikson B Asi, seorang nelayan yang telah 30 tahun menggantungkan hidupnya dari Laut Teluk Tomini di Leato Selatan, Kota Gorontalo, menyimpan sebuah impian yang belum terwujud.
Di balik kerasnya ombak dan suka duka melaut, terselip keinginan tulus untuk melihat putri tercintanya mengenyam pendidikan di bangku perguruan tinggi.
Dalam perbincangan santai dengan TribunGorontalo.com pada Sabtu (24/5/2025), Rikson berbagi kisah perjalanan hidupnya sebagai seorang nelayan, pekerjaan yang telah ia geluti sejak remaja karena turun temurun dari keluarganya.
"Dari masih remaja saya sudah melaut karena rata-rata kami keturunan nelayan," ungkapnya.
Di sela tawa yang menghiasi obrolan, terselip kesedihan mendalam saat Rikson mengungkapkan permintaan tulus dari anak perempuannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
"Saya hanya sedih saja anak saya yang perempuan ingin kuliah tapi saya belum bisa kuliahkannya," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Bukan tanpa alasan Rikson belum mengizinkan putrinya berkuliah. Keterbatasan biaya menjadi tembok penghalang terbesar untuk mewujudkan impian sang anak.
"Tapi saya mau bagaimana, saya juga tidak punya uang, pendapatan jadi nelayan pun kurang," ucapnya dengan nada pilu.
Rikson memiliki dua orang anak, seorang putra yang sempat bekerja di pertambangan Morowali namun kini kembali, dan seorang putri lulusan SMK Kesehatan yang sangat berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan.
"Anak saya yang cewek yang ingin sekali kuliah, tapi saya belum mampu," jelasnya.
Ia merasa kecil hati karena tidak memiliki koneksi atau keluarga di lingkungan perguruan tinggi yang bisa membantunya mendapatkan beasiswa untuk sang putri.
"Saya juga tidak tau mau hubungi siapa untuk minta tolong mendapatkan beasiswa, saya ini tidak sekolah tinggi," bebernya.
Rasa bersalah dan ketidakberdayaan sering menghantui pikiran Rikson karena belum mampu menjadi ayah yang ia anggap baik bagi anak-anaknya.
"Saya kadang merasa bersalah tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk anak-anak saya," ucapnya lirih.
Kondisi cuaca yang tak menentu di laut juga semakin memperberat kehidupannya sebagai nelayan.
Mengenal Nurlia Herman, Mahasiswi Gorontalo Aktif Pengembangan Diri Hingga Terus Berprestasi |
![]() |
---|
Cerita Romi Bakir Jadi Tenaga Honorer Gorontalo Selama 20 Tahun, Kini Lulus Jadi PPP3 |
![]() |
---|
Lolos jadi Anggota Polri, Pemuda Gorontalo Ini Awalnya Kuli Bangunan dan jadi Ojol |
![]() |
---|
Alwi Arridha Buchari Kasim Cerita Habiskan Satu Semester Magang di Taiwan |
![]() |
---|
Curhat IT Sapriadi Pelukis Asal Padang, Peminat Sepi di Pasar Senggol Kota Gorontalo |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.