Berita Nasional

Santri Meninggal di Pesantren, Pelaku Masih jadi Keluarga Dekat, Motif karena Kesal dengan Korban

Hal itu dibenarkan oleh Rini Puspitasari. Kuasa hukum dari tersangka ini membenarkan jika AF adalah sepupu korban. 

Penulis: Redaksi | Editor: Wawan Akuba
FreePIC
ILUSTRASI MAYAT -- Santri meninggal dunia karena dianiaya. 

TRIBUNGORONTALO.COM -- Santri berusia 14 tahun di Kabupaten Kediri berinsial BB, meninggal dunia karena penganiayaan.

Pelakunya adalah rekan sesama santri, masing-masing berinisial MN (18), MA (18), AK (17) dan AF (16). 

Informasi dari kepolisian setempat, keempat pelaku yang juga masih di bawah umur ini telah ditetapak tersangka. 

Padahal, dari empat tersangka itu, rupanya ada yang masih punya ikatan keluarga dengan korban, yakni AF.

Baca juga: DBD dan Malaria Sering Muncul saat Musim Penghujan, Gorontalo 369 Kasus per 2024

Hal itu dibenarkan oleh Rini Puspitasari. Kuasa hukum dari tersangka ini membenarkan jika AF adalah sepupu korban. 

Rini pun menjelaskan alasan dirinya melakukan penganiayaan tersebut. Alasannya sepele, karena jengkel dengan sikap sepupunya tersebut. 

Menurut Rini, AF kesal lantaran BB tidak menjalankan aktivitas pesantren dengan baik. Terutama aktivitas wajib sebagai muslim, yakni salat jamaah.

"Mungkin karena ada ikatan keluarga akhirnya menasihati. Terutama soal shalat jemaah, tapi saat dinasihati jawabnya (korban) enggak nyambung," ujar Rini.

Kekesalan AF terhadap BB tidak hanya berhenti di situ. Rini menuturkan jika korban pernah mengadukan AF kepada orangtuanya. 

Menurut Rini, BB mengadukan AF kepada orang tua karena menyuruhnya padahal masih dalam kondisi sakit. 

Baca juga: Anak Gorontalo Diminta Melawan Kekerasan Seksual, Jangan Diam!

AF meluruskan, jika pekerjaan itu hanyalah soal merapikan kamar seperti biasa. 

"Dia merasa korban ngadu-ngadu yang enggak benar. Katanya disuruh kerja, padahal itu piket," ujar Rini, dikutip dari Kompas.com.

Saat AF mengonfirmasi aduan tersebut, jawaban korban tak memuaskan tersangka. Sikap-sikap korban itu lah yang membuat AF hilang kesabaran hingga terjadi pemukulan.

"Akhirnya emosi. Lalu dipukul. Dipukul itu ternyata meninggal itu," lanjut Rini.

Rini menambahkan, AF tak menyangka bahwa pemukulan tersebut membuat korban meninggal dunia.

"Pelaku enggak sampai berpikir akibat dari perbuatannya itu si korban meninggal." pungkasnya.

Keluarga Syok

Paman dari AF dan BBM, Suryanto, pun tak bisa menyembunyikan rasa terpukulnya.

Ia mengaku sedih dan terpukul atas kasus ini.

"Saya sebagai pakdhe sedih. Sangat terpukul. Semua keluarga sedih," ujar Suryanto, dikutip dari TribunJatim.com.

Sang kakek, lanjut Suryanto, juga tak menyangka korban dirawatnya sejak kecil telah meninggal dunia.

Namun, di sisi lain, tersangka juga sama-sama cucunya.

Baca juga: 3 Berita Populer Gorontalo, Kamis 29 Februari: Suara Rachmat Gobel hingga Profil Kapolda Gorontalo

"Mbahnya juga sedih. Satu sisi sayang BBM karena merawat dari kecil, kepada AF juga cucunya sendiri," lanjutnya.

Pihak keluarga pun menerima kejadian ini sebagai takdir yang harus dijalani.

Ia juga menuturkan, pihak keluarga menghormati proses hukum yang sedang bergulir dan peristiwa ini bisa menjadi evaluasi.

"Ujian Allah begitu beratnya kepada kami. Biarlah menjadi introspeksi," pungkasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved