Gempa Maroko

Gempa di Maroko Disebut Kejadian Paling Mematikan dalam 60 Tahun Terakhir, Ahli Ungkap Penyebabnya

Gempa pada Jumat (8/9/2023) malam waktu setempat merupakan kejadian paling mematikan yang pernah dialami Maroko dalam kurun waktu lebih dari 60 tahun.

Editor: Ananda Putri Octaviani
Photo by FADEL SENNA / AFP
Penduduk desa memeriksa puing-puing rumah yang runtuh di Tafeghaghte, 60 kilometer (37 mil) barat daya Marrakesh, Maroko, pada 10 September 2023, dua hari setelah gempa bumi dahsyat berkekuatan 6,8 skala Richter melanda negara itu. Informasi menyebut, Gempa yang terjadi itu merupakan kejadian paling mematikan yang pernah dialami Maroko dalam kurun waktu lebih dari 60 tahun. 

TRIBUNGORONTALO.COM – Gempa bumi dengan magnitudo 6,8 mengguncang Maroko pada Jumat (8/9/2023) malam waktu setempat.

Gempa tersebut berpusat di kedalaman 18,5 km, sekitar 71 km timur laut Marrakesh dan merupakan kejadian paling mematikan yang pernah dialami Maroko dalam kurun waktu lebih dari 60 tahun.

Bencana ini membuat lebih dari 2.000 nyawa melayang, di mana peristiwa seperti ini pada umumnya jarang terjadi di Maroko, mengingat pertemuan lempeng Afrika dan Eurasia berada di utara dekat Gibraltar, sehingga gempa biasanya lebih sering terjadi di wilayah Tangier dibandingkan Marrakesh.

Baca juga: Kisah Pilu Korban Gempa Maroko Terjebak Pilihan Selamatkan Anak atau Orang Tua, Putus Asa Gali Puing

Lantas, apa yang membuat gempa ini tergolong cukup mematikan ? untuk mengetahuinya, berikut Tribunnews.com berikan ulasannya.

Penyebab Gempa Maroko Menurut Pakar

Sejauh ini, para ahli mengatakan gempa bumi yang mengguncang Maroko disebabkan oleh patahan terbalik, di mana tepi batuan di satu sisi patahan tergelincir ke bawah patahan lainnya. Hal ini terjadi di antara lempeng mikro Maroko dan Iberia, yang keduanya merupakan bagian dari lempeng Afrika yang lebih besar.

Paula Marques Figueiredo, seorang ahli geologi yang meneliti tektonik aktif dan neotektonik, mengatakan patahan tektonik terbalik terletak di utara Pegunungan Atlas dan pada satu titik menukik ke arahnya.

Saat terjadi gempa bumi, tepian gunung yang menghadap pegunungan bergeser satu sama lain, sehingga mendorong lereng gunung ke atas, yang merupakan akibat dari meningkatnya ketegangan antara lempeng Afrika dan Eurasia seiring berjalannya waktu.

 

 

Baca juga: Korban Tewas Gempa Maroko Capai 2.862 Jiwa, Korban Luka Hanya Dirawat di Tenda Beralas Aspal

“Patahan hanya mampu menahan tekanan sebesar itu, dan sesekali ribuan tahun, gempa bumi terjadi sebagai mekanisme untuk melepaskan tekanan yang menumpuk,” ujar Figueiredo.

Sementara itu, ahli seismologi Remy Bossu mengatakan skenario yang paling mungkin terjadi saat ini adalah akan terjadi gempa susulan selama berminggu-minggu sebelum tingkat aktivitas seismik kembali normal.

“Angkanya menurun seiring berjalannya waktu. Bukan berarti gempa susulan terkuat tidak bisa terjadi lima atau 10 hari kemudian. Kami tidak mengetahuinya, tapi frekuensinya menurun seiring berjalannya waktu,” kata Bossu.

Di samping itu, seorang profesor di Institut Internasional yang berbasis di Teheran, Mehdi Zare mengungkapkan gempa Maroko terjadi akibat pergerakan kerak bumi terjadi pada dua tingkat, satu lebih dekat ke permukaan dan satu lagi lebih dalam ke bawah.

“Ada penurunan permukaan yang dangkal pada kedalaman 1 hingga 4 km di lapisan tersier dan penurunan yang lebih dalam di kerak tengah pada kedalaman sekitar 10 hingga 20 km di area ini,” katanya.

“Mengingat kedalaman gempa, kemungkinan besar penurunannya dimulai dari tingkat yang lebih dalam dan bergerak ke arah permukaan,” imbuhnya.

Seberapa Buruknya ?

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved