Arti Kata
Mengenal Apa Itu Co-firing, Rencana PLTU yang Bikin PLN sampai Gandeng Perusahaan Korsel
Demi wujudkan dekarbonisasi menuju zero net emission, pemerintah dan PLN menggandeng perusahaan Korea Selatan dalam mengembangkan co-firing.
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNGORONTALO.COM - Pemerintah bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN) menggandeng perusahaan Korea Selatan (Korsel) untuk mengembangkan Co-firing demi mewujudkan dekarbonisasi.
Apa Itu Co-firing?
Dilansir TribunGorontalo.com dari esdm.go.id, Co-firing adalah rencana substitusi batubara pada rasio tertentu dengan bahan biomassa seperti wood pellet, cangkang sawit dan sawdust (serbuk gergaji).
Co-firing termasuk dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).
Baca juga: Jokowi Resmikan Bioetanol Tebu, Apa Itu Bioetanol? Bisakah Gantikan Bensin?
RUKN menyatakan bahwa PLN berencana untuk mengimplementasikan co-firing pada 52 unit PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap).
Pada tahun 2024, diperkirakan kapasitas total co-firing pada PLTU PLN mencapai 18 GW.
Rencana Co-firing ditujukan untuk mendukung pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT)
di Indonesia.
Dengan menerapkan co-firing, pemanfaatan EBT dapat dilaksanakan secara cepat tanpa pembangunan pembangkit baru.
Baca juga: Apa Itu Just Energy Transition Partnership? Hasil KTT G20 yang Ambigu karena Perpres 112 Tahun 2022
PLN Gandeng Kerja Sama Perusahaan Korsel
Diwartakan TribunGorotalo.com dari kanal YouTube KOMPASTV, PLN melalui etintas bisnisnya menjalin kontrak kerja sama dengan perusahaan asal Korsel, KEPCO Engineering and Construction Company Inc.
Kerja sama ini dimaksudkan untuk mengembangkan teknologi pemanfaatan hidrogen dan amonia sebagai bahan bakar PLTU.
Baca juga: KTT G20 Setujui Pandemic Fund Senilai Rp 481 Triliun yang Diusulkan Jokowi, Apa Itu Pandemic Fund?
Dirut PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan bahwa kerja sama ini dilakukan demi mewujudkan net zero emission pada tahun 2060 yakni dengan mengurangi penggunaan batu bara melalui program co-firing.
"Kerja sama ini dilakukan untuk mendorong penggunaan energi bersih di Indonesia demi mewujudkan net zero emission pada tahun 2060," jelas Darmawan.
"Salah satunya melalui pengurangan penggunaan batu bara di PLTU melalui program co-firing." sambungnya.
Baca juga: Universitas di Korsel Beri Puan Maharani Gelar Doktor Honoris Causa, Apa Itu Honoris Causa?
Untuk diketahui, Indonesia menduduki urutan kelima sebagai produsen amonia dunia pada 2021 dengan 5,9 juta metrik ton, menurut Data Statista.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/PLTU_.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.