Berita Internasional

Madagaskar Bergolak! Krisis Listrik dan Air Picu Gelombang Protes Gen Z

Krisis sosial kembali mengguncang Madagaskar. Sejak awal September 2025, ribuan warga turun ke jalan menuntut pemerintah segera mengatasi pemadaman

Editor: Wawan Akuba
NOCOMEN
PROTES -- Madagaskar kembali bergolak. Pemadaman listrik dan air yang berkepanjangan memicu gelombang protes besar, dipimpin oleh generasi muda yang menamakan diri mereka “Leo Délestage” — tanda perlawanan terhadap krisis yang sudah terlalu lama dibiarkan. 

Namun, kali ini suasananya berbeda. Rasa frustrasi yang menumpuk selama bertahun-tahun membuat warga tidak lagi takut.

Beberapa video di media sosial menunjukkan polisi antihuru-hara membubarkan massa dengan gas air mata.

“Kami tahu risikonya. Tapi kalau kami terus diam, anak-anak kami akan hidup dalam kegelapan selamanya,” ujar seorang demonstran perempuan yang menolak disebutkan namanya.

Krisis Energi yang Tak Kunjung Selesai

Madagaskar termasuk salah satu negara dengan sistem kelistrikan paling rapuh di Afrika.

Sebagian besar pasokan listriknya bergantung pada pembangkit tenaga air dan generator diesel. 

Ketika hujan tidak turun atau bahan bakar langka, pemadaman listrik bisa terjadi berhari-hari.

Krisis bahan bakar global dan lemahnya infrastruktur juga memperburuk situasi. JIRAMA, perusahaan listrik milik negara, telah lama dikritik karena korupsi dan manajemen yang buruk.

Data Bank Dunia menunjukkan, hanya sekitar 26 persen penduduk Madagaskar yang memiliki akses ke listrik stabil, sementara akses air bersih masih di bawah 50 persen.

Ekonom lokal, Jean Rakotondrainibe, mengatakan krisis energi yang berkepanjangan bisa memperburuk kemiskinan dan memperlebar kesenjangan sosial.

“Kita tidak bisa berbicara tentang pembangunan ekonomi jika rakyat tidak memiliki listrik dan air bersih. Ini bukan sekadar masalah teknis, tetapi persoalan politik dan keadilan sosial,” ujarnya.

Pemerintah Didesak Bertindak

Hingga awal Oktober, pemerintah Madagaskar belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait demonstrasi ini.

Namun sumber dari Kementerian Energi menyebut, pihak berwenang tengah menyiapkan paket reformasi energi untuk memperbaiki infrastruktur listrik di sejumlah wilayah.

Meski demikian, banyak warga menilai langkah itu terlambat. Beberapa organisasi masyarakat sipil bahkan menuding pemerintah lebih sibuk menjaga stabilitas politik menjelang pemilu tahun depan ketimbang memikirkan kesejahteraan rakyat.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved