Berita Internasional

Sanksi Baru Amerika ke Iran, Targetkan Jaringan Minyak Bayangan dan Operator Terminal di Tiongkok

Pemerintahan Presiden Donald Trump kembali memperketat tekanan terhadap Iran.

Editor: Wawan Akuba
Ilustrasi bendera
SANKSI BARU - Pemerintah AS kembali mengguncang jaringan ekspor minyak Iran dengan sanksi terhadap 13 perusahaan lintas negara dan 8 kapal tanker. 

TRIBUNGORONTALO.COM — Pemerintahan Presiden Donald Trump kembali memperketat tekanan terhadap Iran.

Kali ini ada sanksi baru menyasar 13 entitas bisnis yang berbasis di Hong Kong, Tiongkok, Uni Emirat Arab, dan Kepulauan Marshall, serta delapan kapal tanker minyak mentah.

Langkah ini diumumkan oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat sebagai bagian dari kampanye “tekanan maksimum” terhadap rezim Teheran.

Sanksi tersebut menargetkan warga negara Yunani, Antonios Margaritis, beserta jaringan perusahaan dan kapal miliknya yang dituduh terlibat dalam pengangkutan ekspor minyak Iran secara ilegal, melanggar ketentuan sanksi internasional.

Margaritis disebut telah memfasilitasi perdagangan minyak Iran selama bertahun-tahun melalui armada kapal bayangan yang beroperasi lintas negara.

Tiga perusahaan yang turut masuk daftar hitam adalah Ares Shipping Limited dan Hong Kong Hangshun Shipping Limited yang berbasis di Hong Kong, serta Comford Management yang terdaftar di Kepulauan Marshall.

Di antara kapal yang dikenai sanksi terdapat Adeline G dan Kongm berbendera Panama, serta Lafit yang berlayar di bawah bendera Sao Tome dan Principe.

Secara terpisah, Departemen Luar Negeri AS juga menjatuhkan sanksi terhadap dua operator terminal dan penyimpanan minyak yang berbasis di Tiongkok.

Mereka dituduh menangani impor minyak Iran melalui kapal-kapal tanker yang sebelumnya telah dikenai sanksi oleh AS.

Terminal-terminal ini disebut telah menerima jutaan barel minyak asal Iran sejak akhir 2024, termasuk dari perusahaan minyak nasional Iran (NIOC) yang telah lebih dulu masuk daftar sanksi.

Langkah ini diambil di tengah memburuknya hubungan diplomatik antara Washington dan Teheran.

Iran secara resmi menangguhkan pembicaraan nuklir dengan AS setelah serangan udara gabungan AS-Israel terhadap situs nuklir Iran pada bulan Juni.

Meski demikian, Iran tetap membantah memiliki niat untuk mengembangkan senjata nuklir.

Menteri Luar Negeri Iran, dalam pernyataan terbaru pada Rabu, menyebut bahwa “momen untuk pembicaraan nuklir yang efektif dengan Amerika Serikat belum tiba.”

Ia menegaskan bahwa Iran tidak akan sepenuhnya memutuskan kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), meskipun ketegangan terus meningkat.

Sanksi ini menandai babak baru dalam konflik geopolitik yang melibatkan perdagangan energi, diplomasi nuklir, dan pengaruh regional.

Dengan semakin banyak entitas dan kapal yang masuk daftar hitam, tekanan terhadap Iran diperkirakan akan meningkat, sementara dampaknya terhadap pasar minyak global masih terus dipantau.(*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved