Berita Nasional

Waspada! Tren Skincare TikTok Picu Iritasi Kulit & Alergi Permanen pada Remaja

Fenomena "Get Ready With Me" yang membanjiri TikTok, menyimpan ancaman serius.

Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
FOTO -- Penulis terkait Dr. Molly Hales (kiri) dan penulis senior Dr. Tara Lagu (kanan) meninjau video TikTok dari penelitian tersebut. Kredit: Northwestern University. 

Remaja sering kali tanpa sadar melapisi bahan aktif yang sama berkali-kali, meningkatkan risiko iritasi parah.

Bayangkan saja, menggabungkan beberapa produk dengan hydroxy acids bisa membuat kulit "terkejut" dan rusak.

Salah satu contoh mencengangkan dari studi ini menunjukkan seorang remaja dalam video TikTok yang mengaplikasikan sepuluh produk berbeda hanya dalam enam menit.

Selama video berlangsung, terlihat jelas ia mulai menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan dan bahkan reaksi kulit langsung di depan kamera.

Para peneliti juga menyoroti pesan terselubung dalam beberapa video.

Dr. Tara Lagu, penulis senior studi ini, mengamati bahwa banyak video menggunakan bahasa dan visual tersandi yang mempromosikan kulit yang lebih cerah dan putih.

Pesan ini, yang sangat terkait dengan idealisasi kecantikan dan konsumerisme, dapat secara signifikan memengaruhi cara pandang penonton muda terhadap diri mereka sendiri.

Studi ini menyimpulkan bahwa rutinitas perawatan kulit yang rumit ini sebenarnya tidak memberikan banyak manfaat bagi anak-anak dan remaja.

Tekanan untuk mengikuti tren kecantikan dapat mendorong gadis-gadis muda untuk terlalu fokus pada pencapaian kulit "sempurna," seringkali dengan mengorbankan kesehatan kulit mereka.

Dr. Hales memperingatkan bahwa apa yang disajikan sebagai "perawatan diri" ini justru bisa mempromosikan standar kecantikan berbahaya yang mengagungkan kulit putih, tubuh kurus, dan kesempurnaan yang tidak realistis.

Untuk mengumpulkan data, Dr. Hales dan seorang peneliti lain membuat akun TikTok seolah-olah berusia 13 tahun.

Mereka mengumpulkan 100 video perawatan kulit dari halaman FYP platform tersebut, mendokumentasikan demografi pembuat konten, produk yang digunakan, biayanya, dan bahan-bahannya.

Tim kemudian mencocokkan bahan-bahan tersebut dengan alergen yang diketahui dapat menyebabkan reaksi kulit jangka panjang.

Studi ini adalah alarm keras tentang seberapa cepat anak muda terpapar kebiasaan perawatan kulit yang berpotensi merusak di dunia maya—seringkali tanpa diketahui orang tua atau dokter.

Meskipun video-video ini tampak menyenangkan, dampaknya bisa bertahan lama, tidak hanya pada kulit, tetapi juga pada bagaimana remaja memandang kesehatan, kecantikan, dan diri mereka sendiri. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved