Berita Nasional

Waspada! Tren Skincare TikTok Picu Iritasi Kulit & Alergi Permanen pada Remaja

Fenomena "Get Ready With Me" yang membanjiri TikTok, menyimpan ancaman serius.

Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
FOTO -- Penulis terkait Dr. Molly Hales (kiri) dan penulis senior Dr. Tara Lagu (kanan) meninjau video TikTok dari penelitian tersebut. Kredit: Northwestern University. 

TRIBUNGORONTALO.COM -- Fenomena "Get Ready With Me" yang membanjiri TikTok, menyimpan ancaman serius.

Perlu diketahui, ini merupakan fenomena para remaja memamerkan ritual perawatan kulit harian mereka.

Sebuah studi inovatif dari Northwestern Medicine mengungkap bahwa tren yang tampak tak berbahaya ini justru bisa menimbulkan kerugian besar, terutama bagi kulit dan kesehatan psikologis gadis-gadis muda.

Ritual Berlebihan, Dampak Mengerikan

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics ini menyoroti kebiasaan remaja putri berusia 7 hingga 18 tahun yang terpengaruh oleh konten TikTok.

Rata-rata, mereka menggunakan enam produk perawatan kulit berbeda dalam satu sesi, bahkan ada yang sampai belasan.

Ironisnya, banyak dari produk ini, meskipun dipasarkan untuk anak muda, mengandung bahan-bahan yang dikenal sebagai pemicu iritasi kulit atau alergi seumur hidup.

Studi ini menemukan bahwa biaya rata-rata untuk "ritual" bulanan ini mencapai $168 (sekitar Rp 2,7 juta).

Bahkan ada yang menembus angka $500 (sekitar Rp 8,1 juta).

Lebih mengejutkan lagi, dari semua rutinitas siang hari yang diamati, hanya seperempatnya yang menyertakan tabir surya.

Padahal ini adalah item paling fundamental untuk melindungi kulit di segala usia.

Bom Waktu Bahan Aktif di Balik Layar

Video TikTok paling populer dalam penelitian ini rata-rata menampilkan 11 bahan aktif yang berpotensi memicu iritasi.

Bahan-bahan ini bisa menyebabkan masalah kulit serius seperti sensitivitas terhadap matahari dan dermatitis kontak alergi—alergi kulit kronis yang dapat menghalangi penggunaan sabun, sampo, dan kosmetik sehari-hari di kemudian hari.

Molly Hales, dermatologis dan penulis utama studi ini, menjelaskan bahwa masalah utamanya adalah banyak produk mengandung bahan yang sama.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved