Adat dan Budaya Gorontalo
Tradisi Mongaruwa di Boalemo Gorontalo Setiap Lebaran Idul Fitri 1446 H
Setiap tahun, usai Ramadan dan perayaan Idul Fitri, masyarakat setempat menyempatkan diri untuk berkumpul dan melaksanakan doa arwah.
Penulis: Nawir Islim | Editor: Wawan Akuba
"Masyarakat Gorontalo sangat menjunjung tinggi nilai kekeluargaan. Doa arwah ini menjadi momen untuk saling mengingatkan bahwa kehidupan dunia hanya sementara, dan doa kita sangat berarti bagi mereka yang telah pergi."
Doa arwah juga memberikan ketenangan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Dengan berkumpul dan berdoa bersama, mereka merasa lebih dekat dengan orang-orang yang telah pergi, serta menguatkan hubungan antaranggota keluarga yang masih ada.
Bagi sebagian warga, tradisi ini juga menjadi momen untuk berbagi rezeki.
Ada yang memberikan santunan kepada anak yatim atau kaum dhuafa sebagai bagian dari rasa syukur atas berkah yang masih diterima.
Selain di rumah-rumah, beberapa kelompok warga juga melaksanakan doa arwah di masjid atau mushala terdekat.
Ini dilakukan agar lebih banyak orang bisa berpartisipasi dan ikut serta dalam mendoakan keluarga yang telah meninggal dunia.
Meski sederhana, doa arwah setelah Lebaran ini memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Mananggu.
Mereka meyakini bahwa doa-doa yang dipanjatkan dengan tulus akan menjadi cahaya bagi keluarga yang telah berpulang.
Tradisi ini telah berlangsung sejak lama dan terus dijaga oleh generasi muda.
Orang tua selalu mengajarkan anak-anak mereka untuk ikut serta, agar nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian sosial tetap terjaga.
Masyarakat Mananggu berharap tradisi doa arwah ini dapat terus dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya dan keimanan.
Dengan menjaga kebersamaan dan terus mendoakan orang-orang tercinta, mereka yakin akan mendapatkan berkah dan keberkahan di kehidupan mendatang.
(*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.