Sampah di Kota Gorontalo

Pengelolaan Sampah di Kota Gorontalo Belum Efektif karena Pakai Sistem Kumpul-Angkut-Buang

Hingga kini, mekanisme pengelolaan dinilai belum efektif, bahkan berpotensi memperburuk kondisi lingkungan jika tidak segera ditangani.

|
Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
SAMPAH DI KOTA GORONTALO--Kondisi sampah di TPA Talumelito, Kabupaten Gorontalo saat didatangi Tribun Gorontalo. Sebagaimana diketahui permasalahan sampah di Kota Gorontalo hingga dengan saat ini masih saja menjadi masalah serius.Pasalnya, pemerintah diminta untuk melalukan sejumlah pembenahan. Namun masyarakat juga diminta ambil andil didalam penyelesaian sampah di Kota Gorontalo, Sabtu (15/3/2025). Foto: TribunGorontalo.com/Jefri Potabuga 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Sistem pengelolaan sampah di Kota Gorontalo kembali menjadi sorotan.

Hingga kini, mekanisme pengelolaan dinilai belum efektif, bahkan berpotensi memperburuk kondisi lingkungan jika tidak segera ditangani.

Dosen Teknik Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Sri Sutarni Arifin, menilai bahwa pola pengangkutan sampah yang diterapkan masih monoton dan kurang inovatif.

"Belum efektif. Saat ini, pola yang digunakan hanya sebatas kumpul-angkut-buang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tanpa ada proses pengolahan terlebih dahulu," ujarnya saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, Sabtu (15/3/2025).

Baca juga: Viral! Lurah Jatiraden Minta Sumbangan AC ke "Bos Kasur", Wali Kota Bekasi Turun Tangan

Menurutnya, sistem ini hanya memindahkan sampah dari rumah tangga ke TPA, tanpa memastikan apakah sampah tersebut dapat didaur ulang atau dimanfaatkan kembali.

Padahal, langkah pertama yang seharusnya diterapkan adalah pengolahan di tingkat rumah tangga sebelum sampah dibuang.

"Itu sama saja dengan hanya memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat lain. Seharusnya, setiap kepala keluarga memiliki sistem pengolahan sampah sendiri sebelum dibuang ke TPA," tambahnya.

Penerapan 3R dan Jakstrada Jadi Solusi

Untuk mengatasi permasalahan ini, Sri Sutarni mengusulkan penerapan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) agar pengelolaan sampah lebih sistematis dan berkelanjutan.

Reduce (Mengurangi) berarti membatasi produksi sampah dari sumbernya, Reuse (Menggunakan ulang) mengajak masyarakat memanfaatkan kembali barang-barang yang masih bisa dipakai, sementara Recycle (Mendaur ulang) mendorong pemanfaatan sampah menjadi produk baru yang bernilai guna.

Selain itu, Sri juga menekankan pentingnya kebijakan Jakstrada (Kebijakan dan Strategi Daerah) dalam pengurangan dan penanganan sampah rumah tangga.

Baca juga: Android 16 Beta 3 Resmi Dirilis! Stabilitas Terjamin, Fitur Baru Makin Canggih

Kebijakan ini seharusnya diterapkan secara terpadu agar sampah tidak hanya bergantung pada pembuangan ke TPA, tetapi juga bisa dikurangi sejak dari sumbernya.

"Kurangi dari sumbernya. Implementasikan Jakstrada, aktifkan TPS3R dan bank sampah," jelasnya.

Ancaman Kota Kumuh Jika Sampah Tak Ditangani Serius

Jika masalah ini terus dibiarkan, dampaknya bisa sangat serius. Selain mencemari lingkungan, sampah yang tidak terkelola dengan baik juga akan mencoreng wajah Kota Gorontalo sebagai ibu kota provinsi.

"Kalau sampah tidak ditangani dengan baik, kualitas lingkungan perkotaan akan menurun. Kota akan terlihat kumuh dan semrawut," tegas Sri.

Ia juga menyoroti pentingnya peran serta semua pihak dalam menangani persoalan ini.

Menurutnya, pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan keterlibatan masyarakat, pelaku usaha, akademisi, hingga organisasi lingkungan.

"Masalah ini tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah. Masyarakat, pelaku usaha, akademisi, dan kelompok masyarakat harus ikut serta," tandasnya.

TPA Talumelito Sudah Kritis, Kapasitas Pembuangan Sampah Melebihi Batas
Krisis sampah di Kota Gorontalo semakin diperparah dengan kondisi TPA Talumelito di Kabupaten Gorontalo yang kini menghadapi masalah serius.

Sebelumnya, tim Tribun Gorontalo sempat melakukan pemantauan langsung ke lokasi.

Dari hasil observasi, kapasitas daya tampung sampah di TPA Talumelito ternyata sudah melebihi batas yang diperkirakan.

Pengawas Landfill Provinsi Gorontalo, Hidayat Lanti, mengungkapkan bahwa awalnya TPA ini dirancang untuk menampung sampah selama 5-6 tahun, namun kenyataannya, baru berjalan 4 tahun, area pembuangan sudah penuh.

"Kami perkirakan tempat ini bisa bertahan hingga 6 tahun, tapi ternyata baru 4 tahun sudah tidak mampu menampung sampah lagi," ungkapnya.

Selain daya tampung yang sudah kritis, pencurian pipa gas metana juga menjadi tantangan besar bagi pengelolaan sampah di TPA ini.

"Kendala kami di lapangan adalah pencurian pipa gas metana oleh masyarakat," beber Hidayat.

Pipa ini memiliki peran penting dalam sistem pembakaran sampah, yang seharusnya membantu mengurangi volume sampah dan mencegah pencemaran lingkungan.

Namun, akibat pencurian, proses pengolahan sampah menjadi semakin terhambat.

Permasalahan Sampah Kian Hangat di Media Sosial

Seiring dengan memburuknya kondisi TPA Talumelito dan sistem pengelolaan sampah yang belum optimal, polemik sampah di Kota Gorontalo semakin memanas di media sosial.

Banyak warganet yang saling menyalahkan terkait kondisi ini. Ada yang menuding kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah, sementara yang lain menilai pemerintah tidak serius menangani permasalahan ini.(*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved