Tribun Podcast

Kisah Masa Kecil CEO Trans Continent Ismail Rasyid

Cerita CEO Trans Continent Ismail Rasyid soal masa kecil hingga menjadi CEO Trans Continent. CEO Trans Continent Ismail Rasyid menceritakannya saat ha

Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Ponge Aldi
SCREENSHOOT YOUTUBE TRIBUN GORONTALO
CEO Trans Continent Ismail Rasyid saat hadir dalam Tribun Podcast yang dipandu manajer Konten Tribun Gorontalo, Aldi Ponge di TribunGorontalo.com pada Jumat (22/11/2024). 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Cerita CEO Trans Continent Ismail Rasyid soal masa kecil hingga menjadi CEO Trans Continent.

CEO Trans Continent Ismail Rasyid menceritakannya saat hadir dalam Tribun Podcast di TribunGorontalo.com pada Jumat (22/11/2024).

Podcast tersebuf dipandu Manager Content TribunGorontalo.com, Manajer Konten TribunGorontalo.com

Berikut wawancara eksklusif Tribun Gorontalo dengan CEO Trans Continent Ismail Rasyid (IR) :

Tribun: Kami ingin tahu latar belakang, kuliahnya dimana sampai kemudian jadi pengusaha sukses kemudian mendirikan perusahaan, bisa Anda bisa menceritakan?

IR: Sukses itu relatif, kalau disebut sukses menjadi pengusaha Alhamdulillah tapi sampai hari ini saya masih sebagai orang yang berusaha karena itu kan sangat dinamis perkembangan di lapangan.

Dari kecil saya besar di daerah 1 Kecamatan Matangkuli kemudian saya menyelesaikan Sekolah Menengah di sana. kemudian SMA melanjutkan di Lhokseumawe Kota Aceh di SMA 1 Lhokseumawe lulus tahun 87. Kemudian saya melanjutkan S1-nya di Universitas  Syiah Kuala Banda Aceh Jurusan Ilmu Studi Pembangunan karena memimpikan satu hari, jadi mimpinya besar.

Jadi bisa sebagai konseptor tingkat khayalan terlalu tinggi. Saya terinspirasi, saya suka itu moneter perdagangan internasional. Jadi dalam konteks ini pada saat itu pilihan saya jatuh ke ilmu seni bangunan. 

Waktu Itu keluarga kehidupannya pas-pasan tapi dari segi keakraban cukup dekat namun dari segi ekonomi kurang beruntung jadi pada saat itu kuliah sembail bekerja.

Ya kerja kuliah membiayai diri sendiri kemudian juga ikut kursus-kursus bahasa Inggris, otodidak juga jadi amburadul namun sudah terlatih karena mungkin tekanan ekonomi kita sulit tapi keinginan besar.

Harus bisa membagi waktu dan punya daya juang yang tinggi dan alhamdulillah saya selesai nggak terlalu cepat lebih kurang 5 tahun kurang sedikit.

Kalau dulu kita gak ada semester pendek. Jadi kuliah itu ya harus menunggu semester yang ganjil.

ganjil-ganjil,  genap-genap untuk perbaikan tapi alhamdulillah saya keluar tahun 93.

TRIBUN: Lalu S2 di Trisakti ya?

IR:  S2 saya di Trisakti tapi S2 nggak langsung melanjutkan S2 karena selesai kuliah kan kebetulan pada saat itu Aceh itu masa  konflik dan pilihan kita nggak banyak karena lapangan kerja di situ tidak banyak.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved