Pemilihan Presiden Amerika

Bagaimana Nasib Gaza setelah Donald Trump Menang di Pilpres AS?, Bisa Jadi Israel Punya Wilayah Baru

Calon presiden (Capres) Partai Republik, Donald Trump mengamankan kursi Gedung Putih setelah menang telak di Pilpres AS 2024.

Tangkap Layar
Donald Tump Full Senyum 

Ia juga mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang direbutnya dari Suriah selama perang tahun 1967.

Namun, meski Trump sering mengklaim sebagai presiden paling pro-Israel dalam sejarah modern, dan bahkan memuji hubungan dekat dan pribadinya dengan Netanyahu, hubungan antara kedua pemimpin itu tidak selalu bersahabat.

Pada tahun 2021, ketika keduanya tidak lagi menjabat, Trump menuduh Netanyahu melakukan pengkhianatan ketika pemimpin Israel itu memberi selamat kepada Biden atas kemenangannya dalam pemilihan presiden pada tahun 2020.

Tak lama setelah serangan Hamas terhadap Israel tahun lalu pada 7 Oktober, Trump mengkritik Netanyahu dan dinas intelijen Israel karena tidak siap, dan mengklaim serangan itu tidak akan terjadi jika dia menjadi presiden.

Sementara itu, anggota parlemen Israel Knesset, dari Partai Likud milik Netanyahu, Boaz Bismuth mengatakan, kemenangan Trump datang pada "waktu yang tepat".

Baca juga: Donald Trump Kini Kembali Jadi Presiden Ke-47 Amerika Serikat, Dulu Jadi Presiden Tahun 2017

Bismuth mengatakan, Trump akan memberikan kesempatan untuk memperluas Perjanjian Abraham karena perang di Gaza dan Lebanon akan segera berakhir.

Kesepakatan tersebut, kata Bismuth, mengesampingkan prospek negara Palestina yang merdeka.

dfjsdfsurgfjsdfkvf
Mantan Presiden AS dan kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump berbicara selama acara malam pemilihan di West Palm Beach Convention Center di West Palm Beach, Florida, pada tanggal 6 November 2024. - Mantan presiden dari Partai Republik Donald Trump hampir menduduki masa jabatan baru di Gedung Putih pada awal tanggal 6 November 2024, hanya membutuhkan beberapa suara elektoral untuk mengalahkan Wakil Presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris. (Photo by Jim WATSON / AFP) (AFP/JIM WATSON)

"Ketika perang berakhir, Anda akan membutuhkan pemulihan yang sesungguhnya di Timur Tengah," ujar Bismuth.

"Trump akan menjadi orang terbaik untuk mewujudkan Timur Tengah yang baru," imbuhnya.

Nadav Shtrauchler, seorang ahli strategi politik yang bekerja erat dengan Netanyahu, mengatakan terpilihnya Trump mengirimkan pesan kepada musuh-musuh Israel di Iran.

Perdana Menteri Israel kemungkinan besar juga merasa berani di dalam negeri, sehari setelah ia memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant setelah berbulan-bulan terjadi pertikaian mengenai politik dalam negeri dan upaya perang Israel.

"Dia akan memperhitungkan langkah selanjutnya yang mungkin berbeda dari yang akan dia lakukan jika Harris terpilih," kata Shtrauchler.

Ketidakpastian Trump, lanjut Shtrauchler, dapat berarti bahwa akan ada lebih banyak tekanan pada Israel untuk mengakhiri perang di Gaza dan Lebanon, yang berpotensi untuk memfokuskan kembali upaya dalam menghadapi Iran.

Kembalinya Trump tidak hanya memperkuat gerakan ekspansionis, tetapi juga memperkuat posisi Netanyahu dalam politik Israel dan kemungkinan akan mempercepat langkahnya untuk mengubah Israel menjadi negara yang lebih tidak liberal.

Terkait hal itu, misalnya, ia tidak akan mendengar keluhan dari sesama populis di Washington tentang kampanyenya untuk melemahkan kekuatan dan independensi peradilan.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved