Berita Lingkungan

Danau Limboto Gorontalo Kembali jadi Lokasi Sensus Burung Air Asia

Penyelenggaran di Indonesia dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wetlands International Indonesia,  Yayasan EKSAI, Burung Ind

Penulis: Redaksi | Editor: Wawan Akuba
FOTO/Rosyid Azhar, Kompas.com
Burung air di Danau Limboto. FOTO/Rosyid Azhar, Kompas.com 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo Sejumlah organisasi lingkungan kembali melakukan sensus burung air Asia di Danau Limboto, Gorontalo

Kegiatan bertajuk “Asian Waterbird Census (AWC)” ini rencana akan digelar pada Minggu 11 Januari 2024 nanti. 

AWC merupakan kegiatan tahunan di Gorontalo. Kegiatan ini  menjadi bagian dari kegiatan internasional. 

Penyelenggaran di Indonesia dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wetlands International Indonesia,  Yayasan EKSAI, Burung Indonesia, Burungnesia dan Burung Laut Indonesia.

“Asian Waterbird Census merupakan bagian dari International Waterbird Census (IWC) yang bersifat global, yaitu kegiatan tahunan dengan basis jaringan kerja yang bersifat sukarela,” kata Ketua Perkumpulan BIOTA, Debby Mano di Gorontalo, Jumat (9/2/2024). 

Tujuan sensus untuk mendukung pemutakhiran data. Juga sebagai  serta peningkatan kapasitas dan penyadartahuan publik tentang nilai penting burung air dan habitatnya di Indonesia.

Ia menjelaskan AWC ini menjadi salah satu perangkat bagi upaya konservasi burung air, serta lahan basah sebagai habitatnya dengan melibatkan para sukarelawan. 

Data dan informasi yang dikumpulkan digunakan sebagai rujukan estimasi populasi burung air secara global maupun untuk keperluan pengelolaan di tingkat nasional dan lokal, tidak kurang dari 5 juta km2. 

Status sejumlah 871 jenis burung air dikaji secara ilmiah untuk menentukan kegiatan pengelolaannya. 

Di Indonesia, data populasi digunakan sebagai acuan untuk pengelolaan beberapa Taman Nasional penting, penentuan lokasi penting untuk Konvensi Ramsar dan East Asian Australasian Flyway Partnership, serta penentuan status jenis-jenis yang dilindungi. 

Sejak tahun 1986 Wetlands International Indonesia/Yayasan Lahan Basah telah mengoordinasi pelaksanaan program Asian Waterbird Census (AWC) di seluruh Indonesia. 

Pada tahun 2024, kegiatan citizen science AWC Indonesia berkolaborasi dengan kegiatan Monitoring Burung Pantai Indonesia (MoBuPi).

“Sejauh ini burung air memang lebih banyak ditemukan di habitat lahan basah,” kata Debby.

Lahan basah itu meliputi buatan, termasuk sungai, danau, kolam, tambak, pantai, pesisir, mangrove, rawa gambut, sawah, tempat pembuangan limbah atau sampah serta berbagai lokasi lain di mana ditemukan burung air.

Secara global sensus ini dilaksanakan satu kali setahun dan dilakukan secara serentak. Pada tahun 2024 di Indonesia dapat dilaksanakan selama Januari-Februari. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved