Mengenal Rahmatia Lawajo, Mahasiswi Gorontalo Pencetus UMKM Stik Labu Madu

Berawal dari kecintaannya memasak, Rahmatia membantu masyarakat desa Bulontala Timur mengembangkan UMKM.

|
TribunGorontalo.com/Jil
Rahmatia Lawajo berhasil bikin UMKM Labuqu. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Suwawa - Rahmatia Lawajo, mahasiswi asal Gorontalo berhasil mencetus Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Desa Bulontala Timur, Kecamatan Suwawa Timur Kabupaten Bone Bolango.

Berawal dari kecintaannya memasak, Rahmatia membantu masyarakat desa Bulontala Timur mengembangkan UMKM.

Remaja asal Botupingge ini melihat potensi desa saat dirinya menjadi Duta SDG's dan mengabdi di Desa Bulontala Timur.

Selama dua tahun, ia menemukan fakta bahwa masyarakat kurang mengonsumsi labu madu.

Ia kemudian menemukan tanaman labu madu yang jarang dikonsumsi warga.

"Jangankan dijual, dikasih (labu madu) kadang masyarakat gak mau," ujar Rahmatia kepada TribunGorontalo.com, Rabu (5/4/2023).

Saat itu Rahmatia masih semester IV, namun berbekal pengetahuan, ia dan teman-temannya berinisiatif menciptakan UMKM dari tanaman labu madu.

6/4/2023_rumah produksi labuqu_
Rumah Produksi Labuqu di Desa Bulontala Timur, Kecamatan Suwawa Timur Kabupaten Bone Bolango.

Rahmatia lantas mengusulkan labu madu tadi diolah menjadi stik. Ia pun menunjukkan cara pengolahannya.

Pada September 2021 mereka mulai memproduksi stik labu madu secara masif di rumah warga.

Mahasiswi Fakultas Pertanian UNG ini lantas mengirim proposal pengadaan rumah produksi di tahun 2021.

Setahun kemudian, Kementerian Pertanian RI akhirnya mengabulkan permintaan mereka mendapatkan rumah produksi.

Rumah produksi ini dinamakan LabuQu: Aneka Olahan Labu Madu Gorontalo oleh UMKM Alhidayah Desa Bulontala Timur.

Dalam sebulan, stik labu madu diproduksi 25 kilogram atau 425 bungkus.

Stik ini dipasarkan dengan cara bermitra dengan toko-toko ternama di Gorontalo.

"Saat ini kita sudah jadi mitra Bank Indonesia," jelas wanita akrab disapa Tia tersebut.

Selain itu, stik labu madu juga dijual secara online menggunakan media sosial facebook, instagram dan WhatsApp.

Tak tanggung, dalam sebulan Rahmatia dan timnya meraup keuntungan bersih 9-10 juta per bulan.

Saat ini ia bersama enam orang lainnya tengah mengkampanyekan zero-waste ke dalam usahanya.

Mereka ingin mengolah limbah dari kulit labu madu menjadi bungkusan makanan.

"Supaya tidak ada sampah dari produk kita. Kemudian kemasan stik kita akan jadikan polybag," kata dia.

Untuk harga stik labu madu berat 75 gram dijual Rp 10.000. Sedangkan berat 100 gram dijual Rp 13.000 per bungkus.

Disamping itu, lanjut Rahmatia, mereka siap memasarkan pie labu madu seharga Rp 30.000, dan nastar Rp 35 ribu per mika atau 250 ribu per toples. Adapula donat, brownies, biskuit, puding dan selai.

Rahmatia berharap ke depan mereka bisa bermitra dengan pemerintah daerah untuk pemenuhan oleh-oleh khas Gorontalo.

"Kan tidak menutup kemungkinan ada banyak tamu dari luar yang berkunjung ke dinas-dinas," jelas dia. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved