250.000 Orang di Kota Lviv Hidup Tanpa Listrik

Sekitar 85.000 rumah tangga atau hampir 250.000 orang dibiarkan hidup tanpa listrik, hal ini dipicu serangan rudal yang diluncurkan Rusia

Editor: Lodie Tombeg
Tribunnews/DANIEL LEAL
Seorang wanita belajar cara menggunakan senapan serbu AK-74 saat pelatihan bela diri bagi sipil di pinggiran Lviv, Ukraina barat, Jumat (4/3/2022) waktu setempat. 

"Rencana untuk meningkatkan kesinambungan ekonomi ibu kota terus kami implementasikan. Sesuai rencana, minggu lalu kami menyetujui program untuk mendukung karyawan yang berisiko dipecat.

Dengan mempertimbangkan subsidi dari anggaran federal, 3,36 miliar rubel akan dialokasikan untuk implementasinya."

"Pertama-tama, program ini ditujukan kepada karyawan perusahaan asing yang menghentikan sementara kegiatan mereka atau memutuskan untuk meninggalkan Rusia. Menurut perkiraan kami, sekitar 200.000 orang berisiko kehilangan pekerjaan," tulis Sobyanin.

Rencana bantuan ketenagakerjaan mencakup pelatihan, pekerjaan sementara dan pekerjaan umum, dan insentif untuk organisasi dan perusahaan yang mempekerjakan pekerja ini, tambahnya.

3. Serangan di Timur Ukraina

Pejabat Ukraina dan Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan aksi militer yang meluas dan peningkatan pertempuran di timur selama 24 jam terakhir.

Para pejabat Ukraina mengatakan, pasukannya telah menggunakan mortir, artileri, dan menembakkan beberapa peluncur roket.

Sementara Rusia mengatakan pasukannya telah menggunakan rudal presisi yang diluncurkan dari udara.

4. Marinir Kirim Surat untuk Paus Fransiskus

Komandan unit Marinir Ukraina di kota Mariupol yang terkepung, menulis surat kepada Paus Fransiskus, memohon agar dia menyelamatkan orang-orang yang tersisa di kota itu.

"Saya belum melihat seruan Anda kepada dunia dan saya belum membaca semua pernyataan terakhir Anda, saya telah berjuang selama lebih dari 50 hari dalam pengepungan penuh dan yang saya punya waktu hanyalah pertempuran sengit untuk setiap meter dari kota yang dikelilingi oleh musuh," tulis Mayor Serhii Volyna, komandan Brigade Marinir Terpisah ke-36, dalam suratnya yang dirilis situs Ukrainska Pravda.

Volyna mengaku siap "berjuang sampai akhir" meskipun artileri dan tembakan roket tak berhenti, hingga kekurangan air, makanan dan obat-obatan.

"Anda mungkin telah melihat banyak hal dalam hidup Anda. Tapi saya yakin Anda belum pernah melihatnya. apa yang terjadi di Mariupol. Karena seperti itulah neraka di Bumi," ujarnya.

Ia menyebut para wanita dan anak-anak yang bersembunyi di bunker harus kelaparan dan kedinginan.

Setiap hari, mereka menjadi sasaran serangan udara musuh.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved