konflik Rusia Vs Ukraina

Ekonomi Rusia Kini Terguncang Sanksi Barat, Begini Kata Joe Biden

Ekonomi Rusia terpukul sanksi Barat. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa ekonomi Rusia terguncang.

Editor: Lodie Tombeg
Tribun Batam
Presiden AS Joe Biden 

TRIBUNGORONTALO.COM, Washington - Ekonomi Rusia terpukul sanksi Barat. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa ekonomi Rusia terguncang akibat kesalahan Vladimir Putin. Dia mengatakan, sang presiden Rusia salah memperhitungkan bagaimana berbagai peristiwa akan terjadi akibat invasinya di Ukraina.

"Ekonomi Rusia (kini) terguncang dan Putin sendirian yang disalahkan", kata Biden dalam pidato kenegaraan di Kongres AS, Selasa (1/3/2022). "Dia pikir dia bisa begitu saja masuk ke Ukraina dan dunia akan terbalik. Dia malah bertemu dengan dinding kekuatan yang tak pernah dia bayangkan.

Dia bertemu rakyat Ukraina," katanya. "Dari Presiden (Ukraina Volodymyr) Zelenskiy hingga setiap orang Ukraina, keberanian mereka, keteguhan mereka, tekad mereka, menginspirasi dunia," sambung Biden.

Untuk menunjukkan dukungan kepada Ukraina, ibu negara Jill Biden mengundang Duta Besar Ukraina untuk AS Oksana Markarova, yang datang bersamanya ke Kongres dalam iring-iringan mobil Biden dari Gedung Putih.

Invasi Rusia di Ukraina telah menguji kemampuan Biden untuk merespons peristiwa dengan cepat tanpa mengirim pasukan AS ke medan perang. Invasi itu juga menguji kepemimpinannya di antara negara-negara Barat selama masa paling tegang dalam hubungan mereka dengan Rusia sejak Perang Dingin berakhir 30 tahun lalu.

AS dan sekutunya telah menjatuhkan sanksi ekonomi dan keuangan yang keras pada Rusia, juga pada Putin secara pribadi dan orang-orang di lingkaran oligarkinya. Biden mengumumkan bahwa AS akan bergabung dengan negara-negara lain yang telah melarang penerbangan Rusia masuk ke wilayah udara mereka.

Krisis di Ukraina memaksa Biden --yang dikritik atas kekacauan penarikan pasukan AS dari Afghanistan tahun lalu-- menekankan pidatonya pada upaya menyatukan AS dengan kekuatan global untuk menghukum Moskwa dan mendukung Kiev. Biden berjuang menghadapi kenaikan inflasi yang diperparah oleh krisis di Ukraina. Dia dikecam keras oleh anggota parlemen partai Republik yang menuduhnya membiarkan krisis itu lepas kendali.

Vladimir Putin
Vladimir Putin (kompas.com)

Baca juga: Biden Nilai Putin Diktator, Pasukan Khusus untuk Membunuh Presiden Ukraina Dilumpuhkan

Mampukah Rusia Bertahan dengan Gempuran Sanksi

Nilai rubel mencapai rekor terendah karena sanksi yang melumpuhkan ekonomi Rusia hingga memaksa pasar saham negara itu ditutup. Namun, bahkan ketika Rusia menderita secara finansial, operasi Kremlin kemungkinan akan terus didanai, karena status Rusia sebagai salah satu pemasok energi terbesar di dunia.

Pada Senin (28/2/2022), Amerika Serikat (AS) memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap Rusia, termasuk pada bank sentralnya, sebagai hukuman atas invasi yang digerakkan Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.

Semua sanksi, yang diambil sejak serangan Rusia ke Ukraina dimulai pada dini Kamis (24/2/2022), akan meningkatkan inflasi Rusia dan mengusir investor, tetapi kemungkinan tidak menghentikan Kremlin.

"Transaksi (sektor energi) tersebut dibebaskan dari sanksi keuangan yang berat, sehingga pasokan energi dapat terus mengalir ke Eropa," Jeffrey Schott, pakar perdagangan dan sanksi dan rekan senior di Peterson Institute for International Economics, mengatakan kepada Newsweek dilansir Selasa (1/3/2022).

Arahan Senin (28/2/2022) dari Kementerian Keuangan AS menempatkan lebih banyak sanksi terhadap Rusia, tetapi juga mengesahkan sejumlah transaksi terkait energi yang terkait dengan negara itu hingga Juni.

Pemerintahan Presiden Joe Biden telah memperingatkan sanksi terhadap transaksi energi Rusia dapat meningkatkan harga gas dan energi lebih tinggi. Para pejabat memutuskan untuk tidak melakukan tindakan yang akan mengganggu pasokan energi global.

“Secara keseluruhan, sanksi Barat dirancang untuk mengeringkan dana dari pemerintah Rusia dan operasi militernya; pengecualiannya (sektor energi) adalah untuk menyediakan jalur darurat (setidaknya hingga 24 Juni sesuai dengan arahan Kementerian Keuangan AS No. 4 yang dikeluarkan hari ini),” kata Schott kepada Newsweek.

Surplus keuangan Rusia Meskipun Rusia tidak diragukan lagi akan dirugikan secara finansial oleh sanksi baru-baru ini, negara itu memasuki tahun 2022 dengan kelebihan uang.

Rusia mengakhiri 2021 dengan surplus anggaran hampir 7 miliar dollar AS (Rp 100,8 triliun). Para ahli mengutip kenaikan pajak, pemulihan ekonomi dari pandemi yang lebih cepat dari perkiraan, dan harga minyak yang tinggi untuk kesuksesan finansial Rusia.

Penjualan minyak dan gas alam menyumbang 36 persen dari total anggaran Rusia untuk 2021. Menurut bank sentral Rusia, total ekspor minyak dan gas Rusia mencapai 489,8 miliar dollar AS (Rp 7 kuadriliun) untuk tahun ini. AS juga sangat bergantung pada minyak Rusia.

Rusia adalah pemasok minyak asing terbesar kedua ke AS pada 2021, hanya di belakang Arab Saudi. AS bukan satu-satunya negara yang mendanai Rusia dengan mengandalkan sumber daya energinya; sebelum invasi Ukraina, Eropa mengimpor sekitar 40 persen gasnya dari Rusia.

Namun, invasi Ukraina bisa melonggarkan cengkraman Rusia pada kekuatan energi. Pada Minggu (27/2/2022), perusahaan energi raksasa asal Inggris BP mengumumkan akan keluar dari investasi minyak dan gas Rusia. Perusahaan tersebut saat ini adalah investor asing terbesar Rusia, dan langkah itu tidak diambil olehnya sendiri.

Pada Senin (28/2/2022), perusahaan energi raksasa Shell mengikuti jejaknya, mengumumkan akan menghentikan usaha patungannya dengan raksasa energi milik Rusia, Gazprom. Perusahaan-perusahaan minyak Barat yang keluar dari kesepakatan bisnis dengan Rusia pada akhirnya dapat mempengaruhi produksi minyak negara itu.

Laporan terbaru, bagaimanapun, menyarankan akan adanya pertemuan Rabu (2/3/2022) di antara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang mencakup Rusia, dan akan berlanjut sesuai jadwal dengan rencana untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari pada April. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biden Sebut Ekonomi Rusia Kini Terguncang Akibat Kesalahan Putin"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved