Lifestyle

Terlalu Lama Duduk di Belakang Meja? Hati-hati, Ini Kondisi Kesehatan yang Harus Kamu Alami

Penelitian ungkap bahwa duduk terlalu lama di belakang meja bisa picu obesitas hingga gangguan jantung, bahkan pada orang muda yang aktif berolahraga.

Shutterstock
DUDUK - Penelitian ungkap bahwa duduk terlalu lama di belakang meja bisa picu obesitas hingga gangguan jantung, bahkan pada orang muda yang aktif berolahraga. 

TRIBUNGORONTALO.COM -- Terlalu lama duduk bukan cuma buat badan menjadi lelah atau pegal.

Tapi menurut sebuah penelitian terbaru, mereka yang duduk berjam-jam setiap hari ternyata bisa memicu gangguan kesehatan.

Mulai dari berat badan yang naik, gangguan jantung hingga masalah yang diam-diam muncul akibat tubuh yang terlalu lama tidak bergerak.

Dilansir dari Prohaba.co, Sebuah studi terbaru dari University of California Riverside (UCR) dan University of Colorado Boulder mengungkap fakta mengejutkan: duduk terlalu lama bisa meningkatkan risiko penyakit serius, termasuk obesitas dan gangguan jantung, bahkan pada orang muda yang aktif berolahraga.

Penelitian ini melibatkan lebih dari 1.000 warga Colorado dengan rata-rata usia 33 tahun.

Hasilnya menunjukkan bahwa duduk lebih dari delapan jam per hari berkaitan erat dengan meningkatnya indeks massa tubuh (BMI) dan rasio kolesterol total terhadap HDL (TC/HDL) dua indikator awal gangguan metabolik.

“Lonjakan BMI sebesar satu poin penuh yang kami temukan murni disebabkan oleh waktu duduk, bukan karena pola makan atau merokok,” ujar Ryan Bruellman, peneliti utama sekaligus kandidat doktor di Departemen Genetika, Genomika, dan Bioinformatika UCR.

Berbeda dari penelitian sebelumnya yang fokus pada kelompok lanjut usia, studi ini menggunakan data unik dari pasangan kembar dan saudara kandung baik identik, fraternal, maupun adopsi untuk membedakan pengaruh genetik dan perilaku. 

Baca juga: Warga Temukan Mayat Laki-laki Dewasa di Muara Sungai Gorontalo, Kondisinya Memprihatinkan

Untuk memastikan hasilnya, penelitian ini menggunakan pendekatan unik berbasis data kembar dan saudara kandung baik kembar identik, kembar fraternal, maupun saudara adopsi.

Rata-rata peserta menghabiskan 60 jam per minggu untuk duduk, atau sekitar 8,6 jam per hari.

Pria umumnya melaporkan aktivitas fisik yang lebih intens, namun juga memiliki BMI dan rasio kolesterol total terhadap HDL (TC/HDL) yang lebih tinggi dibanding perempuan.

Dengan membandingkan pasangan kembar yang memiliki gen sama tetapi gaya hidup berbeda, para ilmuwan dapat menilai seberapa besar pengaruh perilaku terhadap kesehatan.

Misalnya, jika salah satu kembar lebih aktif dan lebih jarang duduk, namun memiliki profil kolesterol lebih baik, maka perilaku aktif tersebut kemungkinan besar menjadi penyebabnya.

Para ilmuwan bisa melihat pengaruh nyata perilaku: kembar yang lebih aktif dan jarang duduk selalu menunjukkan profil kolesterol lebih sehat.

Analisis menunjukkan bahwa semakin banyak waktu duduk, semakin tinggi pula BMI dan rasio TC/HDL dua penanda awal risiko penyakit jantung dan metabolik. 

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved