Kasus Puskes Sipatana
Sopir Ambulans Pentingkan Main Voli, Lurah Septian Duto Kecewa Berat: Pelayanan Itu Prioritas
Polemik pelayanan kesehatan di Kota Gorontalo mencuat setelah seorang warga meninggal dunia karena tak segera mendapatkan pelayanan darurat.
Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Fadri Kidjab
“Saya bilang, kalau sopirnya sibuk, saya saja yang bawa. Saya pinjam mobilnya,” ungkapnya.
Septian menegaskan puskesmas memiliki dua unit ambulans operasional. Menurutnya, ambulans bukan sekadar kendaraan, melainkan fasilitas yang bisa menyelamatkan nyawa.
“Ambulans ada oksigen dan rotator. Kalau pakai mobil biasa, pasti lebih lambat,” katanya.
Karena tak kunjung mendapat izin, Septian akhirnya menyewa mobil lain untuk membawa warga ke RSUD Aloe Saboe.
“Kami sewa demi cepat,” ujarnya.
Hari Kesehatan Jadi Sorotan
Insiden ini terjadi bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Namun bagi Septian, momentum tersebut justru ternodai oleh euforia olahraga.
“Pelayanan itu prioritas. Hari Kesehatan bukan euforia voli,” tegasnya.
Menurutnya, peringatan Hari Kesehatan seharusnya menjadi momentum peningkatan pelayanan, bahkan idealnya tersedia layanan bergerak di tiap kelurahan.
“Kalau perlu ada mobile station di wilayah-wilayah,” sambungnya.
Sebagai lurah, ia menegaskan kelurahan memiliki data lengkap warga sakit, warga rentan, serta laporan kesehatan dari kader. Karena itu, koordinasi dengan puskesmas seharusnya semakin erat.
“Kami mewakili 3.200 warga. Wajar saya kecewa,” ucapnya.
Septian berharap Pemerintah Kota Gorontalo melakukan evaluasi serius terhadap pelayanan kesehatan pasca kejadian tersebut.
“Ini bukan soal jabatan atau kepentingan tertentu, melainkan soal keselamatan warga. Ini tentang nyawa,” tegasnya.
Ia menekankan agar kejadian serupa tidak terulang, terutama pada saat-saat di mana respon cepat sangat menentukan.
“Ambulans itu untuk menyelamatkan orang, bukan acara voli,” ujarnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/Lurah-Molosipat-U-Septian-Z-Duto.jpg)