Arti Kata

Mengenal Apa Itu High Power Distance, Faktor yang Bikin Bripka RR Tak Bongkar Niat Ferdy Sambo

Penulis: Nina Yuniar
Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terdakwa Ricky Rizal Wibowo atau Bripka RR dalam sidang lanjutan perkara pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Senin (2/1/2023). Dalam sidang tersebut, ahli psikologi menyebut hubungan Bripka RR dan Ferdy Sambo termasuk dalam konteks High Power Distance, apa itu?

TRIBUNGORONTALO.COM - Ahli psikologi menjelaskan faktor yang membuat Ricky Rizal Wibowo (Bripka RR) tak berani mengungkap perintah tembak eks Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo pada Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J).

Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap Bripka RR dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J di rumah dinas Ferdy Sambo itu ialah high power distance.

Apa Itu High Power Distance?

Dilansir TribunGorontalo.com dari undip.ac.id, high power distance termasuk dalam golongan jarak kekuasaan.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Meeting of Minds yang Bisa Bikin Kuat Maruf Bebas Kasus Pembunuhan Brigadir J

Jarak kekuasaan dapat dibagi ke dalam dua golongan antar lain high power distance dan low power distance.

High power distance adalah kondisi dimana kekuasaan sebagai dasar.

Sedangkan low power distance cenderung untuk melihat persamaan di antara orang dan lebih fokus kepada status yang dicapai daripada yang disandang oleh seseorang.

Dilansir TribunGorontalo.com dari James Madison University, power disatance atau jarak kekuasaan adalah cara orang-orang dalam masyarakat berhubungan satu sama lain dalam skala hierarkis.

Baca juga: Apa Itu MMPI, Tes yang Dijalani Bharada E hingga Ketahuan Alami Kendala Psikologis Hipomania

Sebuah budaya yang memberikan penghormatan besar kepada orang yang berwenang ialah budaya high power distance.

Sementara itu, budaya yang menghargai kesetaraan perlakuan terhadap semua orang adalah budaya low power distance.

Dalam budaya high power distance, ketidaksetaraan adalah dilihat sebagai dasar tatanan masyarakat.

Di sisi lain, low power distance budaya, melihat ketidaksetaraan kadang-kadang diperlukan, tetapi semakin banyak hubungan dapat disamakan, semakin baik untuk semua orang.

Baca juga: Memahami Apa Itu Avoidance Conflict, Situasi Psikologis Bharada E yang Bikin Masalah Tak Selesai

Penilaian Ahli ke Bripka RR

Terdakwa Ricky Rizal Wibowo atau Bripka RR (kiri) dan Ahli Psikologi Forensik UI Nathanael Johanes (kanan) dalam sidang lanjutan perkara pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Senin (2/1/2023). (Kolase YouTube KOMPASTV)

Ahli Psikologi Forensik UI Nathanael Johanes menyebut bahwa relasi antara Bripka RR dengan sang atasan, Ferdy Sambo, sangat jelas masuk dalam kategori high power distance.

Hal itu disampaikan Nathanael saat menghadiri sidang perkara pembunuhan Brigadir J di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada Senin (2/1/2023).

Nathanael hadir sebagai saksi ahli yang meringankan bagi terdakwa Bripka RR.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Hipomania, Kendala Psikologis yang Dialami Bharada E Terdakwa Kasus Brigadir J

"Saya pikir kita perlu memahami atau melihat tentang bagaimana relasi antara pimpinan dan atasan," kata Nathanael di sidang PN Jakarta Selatan, Senin, seperti dilansir TribunGorontalo.com dari kanal YouTube KOMPASTV.

"Bahwa mereka semuanya ini ada dalam suatu konteks yang saya katakan high power distance," sambungnya.

Faktor itulah yang membuat Bripka RR tak berani mengungkapkan niatan Ferdy Sambo untuk melakukan penembakan terhadap Brigadir J.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Tonic Immobility, Respons yang Berpotensi Kuat Dialami Putri Candrawathi

Tak heran, saat itu Ferdy Sambo merupakan jenderal polisi bintang dua, sedangkan terdakwa hanyalah bawahan atau ajudan.

Sebagaimana diketahui, menurut keterangan terdakwa, Bripka RR diminta Ferdy Sambo untuk menembak Brigadir J namun, Bripka RR menolak.

Hingga kemudian Ferdy Sambo berganti meminta terdawak Richard Eliezer Pudihang Lumiu (Bharada E) untuk menembak Brigadir J.

"Jadi ada jarak kekuasaan yang tinggi antara pimpinan, yang saya pikir semua perangkat ini menyadari betul, tahu betul bahwa pimpinannya ini adalah jenderal bintang dua, salah satu pimpinan tinggi di kepolisian," ujar Nathanael.

Baca juga: Apa Itu Visum et Repertum, Bukti Kuat yang Tak Dimilki Putri Candrawathi di Kasus Pelecehan Seksual

"Sedangkan mereka ini, dari segi kepangkatan, kalau saya tidak salah, Saudara Ricky ini Bripka ya, jadi artinya ada banyak level jenjang di antara mereka," lanjutnya.

Nathanael mengatakan bahwa dalam konteks high power distance terdapat keyakinan bahwa orang yang di bawah mengikuti apa yang disampaikan sang atasan atau pimpinan.

"Dalam konteks high power distance tersebut, para anggota yang ada di dalamnya, terutama yang lebih rendah ada suatu katakanlah sosialisasi dan kemudian terus dihidupkan, dijalankan bahwa seorang anggota atau seorang anak buah mengikuti apa yang disampaikan atau apa yang diinstruksikan oleh atasan," papar Nathanael.

Baca juga: Apa Itu GSR? Di Kasus Brigadir J Disebut Coba Dihilangkan Ferdy Sambo dengan Perintahkan Cuci Baju

Diberitakan sebelumnya, Brigadir J tewas ditembak di rumah dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan pada Jumat (8/7/2022).

Peristiwa penembakan yang menewaskan Brigadir J itu kemudian dinyatakan sebagai kasus pembunuhan berencana yang menjerat 5 orang pelaku antara lain:

- Ferdy Sambo;

- Putri Candrawathi istri Ferdy Sambo;

Baca juga: Bharada E dan Tim Kuasa Hukumnya Pamerkan Ekspresi yang Sama saat Dengar Hasil Poligraf Kuat Maruf

- Bharada E ajudan Ferdy Sambo;

- Bripka RR ajudan Ferdy Sambo; dan

- Kuat Maruf, sopir kelurga Ferdy Sambo-Putri Candrawathi.

Kelimanya kini didakwa dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup atau maksimal 20 tahun.

(TribunGorontalo.com/Nina Yuniar)