Viral Siswa SD Belajar di Kebun Sawit, TN Tesso Nilo: Stop Eksploitasi Anak untuk Simpati Publik

Melalui akun Instagramnya, TN Tesso Nilo menilai aksi tersebut merupakan eksploitasi anak-anak untuk menarik simpati publik.

Penulis: Fitriana | Editor: Andriyani
Dok. Warga via Kompas.com
SISWA SD TESSO NILO - Tangkapan layar video anak-anak baru masuk SD belajar di tanah beratapkan terpal di dalam kebun sawit di kawasan TNTN, Kabupaten Pelalawan, Riau, Senin (14/7/2025). TN Tesso Nilo menilai aksi tersebut merupakan eksploitasi anak-anak untuk menarik simpati publik. 

TRIBUNGORONTALO.COM - Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) tanggapi viralnya puluhan siswa SD yang belajar di kebun sawit beralaskan terpal.

Sebelumnya, video yang memperlihatkan puluhan siswa SD berseragam merah putih belajar di tanah beralaskan terpal di hari pertama masuk sekolah Senin (14/7/2025) beredar luas di media sosial.

Anak-anak tersebut merupakan murid baru dari Dusun Toro Jaya, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau.

Hal itu terjadi lantaran tempat tinggal mereka disita pemerintah karena merupakan bagian dari kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo.

Pihak TN Tesso Nilo pun menyayangkan beredarnya video dan narasi yang menyertainya.

Melalui akun Instagramnya, TN Tesso Nilo menilai aksi tersebut merupakan eksploitasi anak-anak untuk menarik simpati publik.

TN tesso Nilo juga menilai dalam aksi tersebut anak-anak seolah dijadikan tameng dalam konflik yang terjadi selama upaya penertiban kawasan hutan.

"Menggunakan anak-anak demi meraih simpati publik adalah tindakan yang tidak beretika. Anak-anak seharusnya dilindungi, bukan dijadikan tameng dalam konflik," tulis TN Tesso Nilo, Rabu (17/7/2025).

"Hentikan eksploitasi anak-anak untuk menghalangi penertiban kawasan Hutan Tesso Nilo. Lindungi hutan, lindungi masa depan mereka," lanjutnya.

Dalam unggahan tersebut, TN Tesso Nilo menyertakan pernyataan Satgas Penerbitan Kawasan Hutan (PKH) yang menduga aksi tersebut hanya settingan.

"Pemerintah melalui Satgas PKH menegaskan bahwa kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan di atas tanah dan terpal bukanlah kondisi yang sebenarnya dan diduga settingan untuk menarik simpati publik, khususnya dari pemerintah," bunyi pernyataan Satgas PKH.

Baca juga: Viral Oknum Anggota DPRD Gorontalo Ditahan Otoritas Arab Saudi, Tak Bisa Pulang ke Indonesia

Satgas PKH pun mengklaim pihaknya telah mengedepankan pendekapan yang humanis terkait relokasi terhadap masyarakat yang terdampak penertiban kawasan hutan Tesso Nilo.

"Satgas PKH juga telah menggandeng Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP), Pemprov Riau dan Pemda Pelalawan untuk melakukan pendataan seluruh siswa yang berada di kawasan tersebut," lanjutnya.

"Hal ini dilakukan agar proses pemindahan siswa berjalan lancar tanpa mengganggu kelangsungan kegiatan belajar mengajar," pungkasnya.

Nasib 4 Sekolah di TN Tesso Nilo

Untuk menindaklanjuti nasib para peserta didik di 4 sekolah di TN Tesso Nilo, Bupati Pelalawan Zukri Misran rapat bersama Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Satgas PKH pada Rabu (16/7/2025) sore lalu.

Pertemuan digelar acara zoom meeting dari ruang Command Center Pelalawan.

Bupati Zukri menegaskan, Pemda Pelalawan mendukung penuh upaya pemerintah pusat melalui Satgas PKH yang ingin mereforestasi areal TNTN.

Kawasan hutan konservasi seluas 81 ribu hektar itu akan kembali ditanami dengan tanaman hutan. 

"Di sisi lain, sangat penting menjamin hak pendidikan anak-anak yang saat ini tinggal dan bersekolah di kawasan TNTN," ungkap Bupati Zukri.

Satgas PKH sejak awal memperbolehkan kegiatan belajar mengajar di 3 Sekolah Dasar (SD) dan 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di TNTN.

Tak ada larangan melanjutkan aktivitas belajar bagi murid di bangunan yang sudah ada.

Hanya ada larangan penerimaan siswa baru beberapa waktu lalu. 

Baca juga: Daftar 100 Sekolah di Gorontalo Penerima Bantuan Laptop Chromebook Era Nadiem Makariem

Zukri juga memastikan jika proses belajar tatap muka di lokasi berjalan normal selama ini.

Khususnya untuk murid kelas 2 sampai 6 SD dan kelas 2 hingga 3 SMP. 

Sedangkan murid kelas 1 SD yang baru diterima akan diarahkan ke sekolah-sekolah terdekat yang berada di luar kawasan.

Namun siswa kelas 1 SMP, tidak bisa diarahkan ke sekolah lain karena tak ada pendidikan tingkat SMP di sekitarnya. 

"Kami sangat mengapresiasi kebijakan baru dari Satgas yang memungkinkan anak-anak kelas 1 SD dan SMP untuk kembali bersekolah secara normal di lokasi yang ada," sebut Zukri.

Ia menegaskan, jika sekolah-sekolah yang saat ini ada di kawasan TNTN, bukanlah bangunan permanen.

Tapi bersifat semi permanen yang didirikan atas swadaya dari masyarakat.

Salah satu diantaranya yakni berada di Dusun Toro Jaya, Desa Lubuk Kemang Bunga, yang menjadi lokasi SMPN 5.

Pemda Pelalawan akan menjalin komunikasi dengan masyarakat yang bersedia menghibahkan lahan.

Agar  pembangunan sekolah baru yang lebih layak dan legal dapat realisasikan.

Tentu berada di lokasi yang aman secara hukum dan mendukung keberlangsungan pendidikan.

Baca juga: Bupati Bone Bolango Ismet Mile dan DPRD Tandatangani Nota Kesepakatan Perubahan KUA-PPAS APBD 2025

"Jika ada lokasi yang sesuai, pembangunan SMP baru bisa segera dilakukan. Jadi tidak lagi berada di dalam kawasan TN Tesso Nilo," tandas Zukri. 

Berdasarkan pendataan dari Diana Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Pelalawan ada murid 4 sekolah, 3 SDN dan 1 SMPN, di dalam TNTN.

Total  siswa 4 sekolah itu mencapai 1.341 orang. 

Dengan rincian SDN 019 Kuala Renangan Sei Dolik Desa Lubuk Kembang Bunga sebanyak 272 siswa.

Kemudian SDN 020 Toro Jaya Desa Lubuk Kembang Bunga jumlah siswa sebanyak 520 orang.

Kemudian SDN 030 Kesuma Makmur Desa Kesuma Kecamatan Pangkalan Kuras sebanyak 271 siswa.

Terkahir SMPN 6 Ukui memiliki murid 278 orang. 

Mengapa Kawasan Hutan Tesso Nilo Harus Ditertibkan?

Satgas Garuda menyampaikan bahwa kondisi TN Tesso Noli saat ini sangat memprihatinkan.

Populasi gajah terus menurun, dan dalam 20 tahun terakhir kawasan ini mengalami degradasi akibat aktivitas ilegal masyarakat pendatang di dalam kawasan.

Dari sekitar 15.000 jiwa yang tinggal di kawasan TN Tesso Nilo, hanya 10 persen yang merupakan penduduk asli.

Satgas Garuda adalah badan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2025 tentang Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH).

Dengan kekuatan 380 personel yang ditempatkan di 13 titik, Satgas telah memasang portal, membangun pos penjagaan, dan memulai proses pengosongan secara persuasif tanpa kekerasan.

Sejumlah masyarakat juga mulai secara sukarela meninggalkan kawasan.

Satgas mencatat 1.805 SHM yang terbit di kawasan TN Tesso Nilo, yang kini tengah diverifikasi bersama BPN.

“Target kami adalah menciptakan kondisi de facto bahwa negara hadir dalam penertiban kawasan hutan. Proses hukum berlangsung selama dua tahun ke depan, dan pemulihan dilakukan dengan pendekatan humanis,” jelas Komandan Satgas, Dwi Januanto Nugroho Kamis (19/6/2025).

(TribunGorontalo.com, TribunPekanbaru.com)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved