Berita Lingkungan Gorontalo

TPA Talumelito Gorontalo Masih Andalkan Cara 'Kuno' Kelola Sampah, Anggaran Tak Sampai Rp 1 Miliar

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talumelito masih bergantung pada metode lama yang dinilai kurang efisien dalam pengelolaan sampah.

Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Herjianto Tangahu, TribunGorontalo.com
SAMPAH : Kondisi di TPA Talumelito, Senin (30/6/2025). Anggaran operasional TPA Talumelito sangat minim. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talumelito masih bergantung pada metode lama yang dinilai kurang efisien dalam pengelolaan sampah.

Ironisnya, anggaran operasional tahunan untuk TPA ini bahkan belum mencapai Rp 1 miliar.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Gorontalo, Fayzal Lamakaraka, menyebut sistem yang digunakan saat ini masih berupa sanitary landfill.

Artinya, sampah dikumpulkan, dihancurkan, lalu ditimbun. Sementara teknologi pengelolaan yang lebih modern seperti incinerator belum bisa diadopsi karena keterbatasan anggaran.

“Kalau bicara anggaran, nggak sampai Rp 1 miliar setiap tahun untuk pengelolaan TPA Talumelito,” ungkap Fayzal, Senin (30/6/2025).

Sementara itu, volume sampah yang ditampung di TPA Talumelito telah mencapai kisaran 110 hingga 120 ton per hari, berasal dari Kota Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo, serta sejumlah instansi dan fasilitas pelayanan umum lainnya.

Kapasitas lahan TPA juga mulai kritis. Dari total 21 hektare lahan, hanya sekitar 4–5 hektare yang dapat dimanfaatkan secara efektif.

Salah satu sel yang dirancang untuk lima tahun bahkan sudah penuh di tahun ketiga.

Kunjungan Gubernur dan Janji Pembenahan

PANTAU TPA - Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail meninjau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talumelito Kabupaten Gorontalo, Senin (9/6/2025).
PANTAU TPA - Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail meninjau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talumelito Kabupaten Gorontalo, Senin (9/6/2025). (Pemprov Gorontalo)

Sebelumnya, demi melihat kondisi TPA Talumelito, Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail turun langsung ke lokasi Senin, 9 Juni 2025.

Dalam kunjungannya, ia menyatakan pentingnya memastikan kelayakan lokasi pembuangan akhir sampah seiring dengan tingginya volume timbulan harian.

“Tempat pembuangan sampah harus kita pastikan kondisi dan kelayakannya,” ujar Alvian Mato, Juru Bicara Gubernur, dalam keterangannya.

Gusnar berkomitmen melakukan pembenahan, termasuk perbaikan infrastruktur jalan menuju TPA, pembangunan kolam lindih, serta peningkatan kualitas area landfill.

Ia bahkan merencanakan untuk menghadap langsung ke kementerian terkait guna meminta dukungan tambahan anggaran.

“Pak Gubernur segera akan membenahi TPA Talumelito... Tujuannya jelas, supaya fasilitas pengelolaan sampah di Gorontalo bisa lebih baik lagi,” ujar Alvian.

Solusi Limbah B3 Lewat Incinerator

Selain TPA umum, Gubernur Gusnar juga meninjau fasilitas pengolahan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang berlokasi di Talumelito.

Fasilitas tersebut sudah menggunakan teknologi incinerator, khusus untuk membakar limbah medis dari rumah sakit, puskesmas, dan klinik.

Dengan kapasitas pembakaran mencapai 200 kilogram per jam, fasilitas ini ditargetkan mampu mengelola limbah medis dari 147 fasilitas pelayanan kesehatan di Gorontalo, yang total limbahnya diperkirakan mencapai 2.375 kg per hari.

“Ini bukan sekadar soal membakar sampah medis. Ini soal bagaimana kita menjaga lingkungan tetap bersih dan aman, sekaligus memanfaatkan peluang meningkatkan PAD,” kata Gusnar saat kunjungan.

Namun hingga kini, fasilitas incinerator baru melayani limbah B3, bukan sampah domestik dari masyarakat umum.

Dengan keterbatasan teknologi dan anggaran, DLHK Provinsi Gorontalo hanya bisa mendorong sosialisasi pemilahan sampah dari rumah tangga sebagai langkah awal.

Namun solusi jangka panjang tetap bergantung pada peningkatan dukungan anggaran dan adopsi teknologi pengelolaan yang lebih modern.

Jika tidak segera ditangani, TPA Talumelito terancam kolaps. Beban timbulan sampah yang terus meningkat, ditambah metode pengelolaan tradisional dan infrastruktur yang terbatas, berpotensi memicu krisis lingkungan yang lebih besar di masa depan. (*)

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved