Human Interest Story
17 Tahun Tanpa Listrik, Yusni dan Keluarga Tetap Bahagia di Rumah Lapuk
Meski hidup di rumah anyaman bambu yang sudah mulai lapuk, keluarga ini tetap bersyukur dan bahagia meski tanpa listrik, menjadikan suasana rumah mere
Penulis: Efriet Mukmin | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Yusni Supu, seorang ibu rumah tangga dari Desa Tolongio, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, menjalani hidup penuh tantangan bersama suami dan ponakannya.
Meski hidup di rumah anyaman bambu yang sudah mulai lapuk, keluarga ini tetap bersyukur dan bahagia meski tanpa listrik, menjadikan suasana rumah mereka berbeda dari kebanyakan.
Yusni tinggal bersama suaminya, Roni Abdullah, serta ponakannya di Desa Motilango.
Ia mengungkapkan bahwa rumah yang mereka tinggali sejak tahun 2008 ini bukanlah milik mereka, melainkan tanah milik orang lain yang mereka sewa.
Baca juga: DPRD Bone Bolango Desak Evaluasi Galian C di Sungai Bone, Ancaman Banjir Kian Nyata
Rumah yang terbuat dari anyaman bambu itu kini mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Bagian-bagian bambu sudah lapuk, pendasi retak, dan atapnya bocor.
Bahkan beberapa dinding rumah sudah berlubang, membuat keadaan semakin memprihatinkan.
Meski begitu, Yusni dan keluarganya tetap menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur.
Tak memiliki akses listrik, keluarga ini hanya mengandalkan lampu botol yang diberi minyak tanah sebagai penerangan.
"Di rumah ini tidak ada listrik, jadi di malam hari sangat gelap. Kami hanya mengandalkan lampu botol," ujarnya dengan nada pelan.
Sudah 17 tahun mereka hidup tanpa penerangan listrik, sebuah kondisi yang sangat memprihatinkan.
Baca juga: Perusahaan Farmasi di Gorontalo Mangkir Bayar Pajak Selama Dua Tahun
Keadaan ini semakin dirasakan saat malam hari tiba, ketika kegelapan menyelimuti rumah mereka.
Meski hidup sederhana, Yusni dan suaminya, Roni, tetap berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dengan bertani.
Roni bekerja di lahan milik orang, dengan sistem bagi hasil setelah panen.
Namun, pekerjaan ini pun tidak memberikan jaminan, karena hasil panen mereka hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari.
Dengan hanya bergantung pada hasil panen jagung, Roni tidak memiliki pekerjaan sampingan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.