Pilpres Amerika Serikat

Suara Kaum Yahudi Bisa Jadi Kunci Penentu Kemenangan dalam Pemilu Presiden Amerika

Dua organisasi besar, yaitu Koalisi Yahudi Republik (RJC) dan Dewan Yahudi Demokratik Amerika (JDCA), yang merupakan cabang resmi Yahudi dari Partai R

Penulis: Redaksi | Editor: Wawan Akuba
Getty
Suara pemilih dari kelompok Yahudi jadi penentu kemenangan dalam Pilpres Amerika Serikat. 

TRIBUNGORONTALO.COM -- Kelompok-kelompok Yahudi meningkatkan upaya mereka untuk memobilisasi pemilih jelang Pilpres Amerika Serikat (AS).

Diketahui, tersisa 55 hari lagi Pilpres Amerika Serikat dengan pemungutan suara awal yang akan dimulai di Pennsylvania akhir bulan ini.

Dalam persaingan ketat ini, suara kaum Yahudi diperkirakan akan menjadi faktor penentu kemenangan.

Koalisi Yahudi Republik (RJC) dan Dewan Yahudi Demokratik Amerika (JDCA), sebagai cabang resmi Yahudi dari masing-masing partai, telah meluncurkan inisiatif besar-besaran untuk menggerakkan pemilih di negara-negara bagian yang menjadi medan pertempuran utama.

Mereka melibatkan puluhan staf berbayar dan ratusan sukarelawan dalam kegiatan seperti panggilan telepon, mengetuk pintu, menyebarkan brosur, dan menulis surat kepada editor.

Sam Markstein, juru bicara RJC, menjelaskan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, organisasi ini telah mengandalkan sukarelawan di negara-negara bagian kunci seperti Arizona, Georgia, Michigan, Nevada, dan Pennsylvania.

Dengan bantuan model data canggih, mereka berupaya mempengaruhi pemilih untuk mendukung mantan Presiden Donald Trump.

Upaya ini diperkuat dengan anggaran sebesar $15 juta untuk iklan di TV dan platform digital.

"Ini adalah upaya paling komprehensif dan agresif dari kelompok Yahudi mana pun untuk memobilisasi pemilih Yahudi bagi kandidat mereka," ujar Markstein.

Sementara itu, JDCA meluncurkan kampanye serupa untuk mendukung Wakil Presiden Kamala Harris dengan anggaran yang lebih kecil.

Halie Soifer, CEO JDCA, mengungkapkan bahwa kelompoknya berencana mengeluarkan lebih dari $2 juta untuk menjangkau pemilih Yahudi, dengan fokus pada iklan digital di media sosial dan platform TV terhubung di tujuh negara bagian kunci, termasuk North Carolina dan Wisconsin.

Soifer menyebutkan bahwa mereka telah melakukan lebih dari satu juta kontak langsung dengan pemilih dan menargetkan dua juta kontak sebelum pemilu. 

"Tujuan kami adalah mencapai dua juta kontak langsung dengan pemilih, dan kami berada di jalur yang tepat untuk melampaui angka tersebut," katanya.

Fokus utama dari kedua organisasi ini adalah Pennsylvania, yang memiliki populasi Yahudi signifikan dan status sebagai negara bagian swing.

Pada pemilu 2020, Biden memenangkan Pennsylvania dengan selisih tipis satu poin persentase.

Dengan pemilih Yahudi yang diperkirakan mencapai 3 persen dari total pemilih di negara bagian ini, suara mereka bisa menjadi kunci penentu dalam hasil pemilu yang sangat ketat.

Selain itu, kelompok non-partisan yang berafiliasi dengan Teach Coalition dari Orthodox Union juga membuka kantor di Philadelphia untuk meningkatkan partisipasi pemilih Yahudi.

Kelompok ini sebelumnya berhasil memobilisasi pemilih Yahudi di Westchester County untuk membantu mengalahkan Rep.

Jamaal Bowman dalam pemilu pendahuluan bulan Juni lalu. Maury Litwack, CEO kelompok ini, mengatakan bahwa kantor tersebut akan menjadi pusat koordinasi bagi sukarelawan yang berupaya meningkatkan partisipasi pemilih Yahudi.

Presiden Manhattan Borough, Mark Levine, juga menggalang dukungan dari ratusan pendukungnya di Upper West Side, Manhattan, untuk terlibat dalam upaya pemilihan di Pennsylvania.

Levine menekankan bahwa meskipun New York adalah negara bagian solid biru, penting bagi pendukung di New York untuk membantu memotivasi pemilih di negara bagian tetangga yang lebih kompetitif.

Mengapa Suara Kaum Yahudi Sangat Menentukan

Jajak pendapat terbaru menunjukkan persaingan ketat antara Harris dan Trump di lima negara bagian yang dimenangkan Biden pada 2020 dengan margin kurang dari 3 persen.

Di negara-negara bagian ini, pemilih Yahudi diperkirakan berjumlah 1 persen hingga 3 persen dari total pemilih, dan suara mereka dapat mempengaruhi hasil pemilu secara signifikan.

Mark Levine menekankan bahwa suara Yahudi sangat penting dalam pemilu kali ini. Ia mengingatkan Partai Demokrat agar lebih proaktif dalam merangkul pemilih Yahudi, terutama di tengah kekhawatiran yang meluas tentang antisemitisme.

Sementara itu, RJC berusaha meningkatkan dukungan untuk Trump dengan memanfaatkan keterikatan emosional pemilih terhadap Israel dan kekhawatiran tentang antisemitisme di kampus-kampus.

Dengan begitu banyak yang dipertaruhkan, jelas bahwa suara kaum Yahudi bisa menjadi penentu kemenangan dalam pemilu presiden mendatang.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved