Gorontalo Terkini
BMKG Ungkap Biang Kerok Hujan Lebat di Gorontalo
Hal tersebut dijelaskan Prakirawan Cuaca dari Stasiun Meteorologi Djalaluddin Gorontalo, Frankie Rizky Stevent kepada TribunGorontalo.com, Kamis (04/7
Penulis: Rafiqatul Hinelo | Editor: Wawan Akuba
Madden Julian Oscillation (MJO) merupakan suatu gelombang atau osilasi non seasonal yang terjadi di lapisan troposfer yang bergerak dari barat ke timur dengan periode osilasi kurang lebih 30-60 hari.
Fenomena ini sangat berdampak terhadap kondisi anomali curah hujan di wilayah yang dilaluinya. Dalam penelitian ini delapan fase MJO dikelompokan menjadi 4 bagian sesuai dengan pergerakannya yaitu fase 1 dan 8 (Western and Africa), fase 2 dan 3 (Indian Ocean), fase 4 dan 5 (Maritime Continent), fase 6 dan 7 (Western Pacific).
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data CHRIPS dan indeks MJO periode 2011-2020. Data curah hujan dari Chrips dihitung anomalinya bedasarkan MJO aktif untuk setiap fase MJO dan periode musim (3 bulanan) yaitu musim basah (Desember-Januari-Februari) dan musim kering (Juni-Juli-Agustus).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis porsentase kelompok fase MJO mana yang mendominasi anomali curah hujan pada saat anomali positif maupun negatif.
Tujuan dari penelitian ini akan mengidentifikasi pengaruh pergerakan fase MJO terhadap variasi curah hujan di wilayah Sumatera baik secara temporal dan spasial.
Hasil kajian menunjukan Selama MJO aktif saat periode musim basah (Desember-Januari-Februari) dan kering (Juni-Juli-Agustus), peningkatan curah hujan tejadi saat di fase 2 dan 3 dengan peningkatan sekitar 30-80 persen sedangkan akan mengalami penurunan curah hujan jika MJO aktif di fase 6 hingga 8 sekitar 50-60 persen.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.