SMA Wira Bhakti Gorontalo

Viral Dugaan Bullying di SMA Wira Bhakti Gorontalo, 3 Permintaan Siswa Disetujui Pihak Sekolah

Wakil Kesiswaan SMA Wira Bhakti Gorontalo, Didi Yusdin Hulopi mengatakan pihaknya menyetujui 3 permintaan tersebut.

Penulis: Arianto Panambang | Editor: Ponge Aldi
TRIBUNGORONTALO/ARIANTOPANAMBANG
Suasana Sekolah Menengah Atas (SMA) Terpadu Wira Bhakti Gorontalo 

"Jika ini perundungan, pasti 30 anak-anak yang lari itu tidak pulang. Hasilnya juga tidak ada satu anak pun cedera fisik," tegasnya.

Selain itu, pihak SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo masih terus mendalami nformasi dugaan perundungan di sekolahnya.

"Kita belum ada data lengkap apa yang sebenarnya terjadi pada anak, kemungkinan Senin depan akan rampung," tandas Marwan. 

Kronologi Siswi Kabur dari Asrama

Ombudsman RI akan menyelidiki kasus dugaan perundungan di SMA Wira Bhakti
Ombudsman RI akan menyelidiki kasus dugaan perundungan di SMA Wira Bhakti (Kolase TribunGorontalo.com/Antara)

Diketahui, puluhan siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Terpadu Wira Bhakti (WB) Gorontalo kabur dari asrama sekolah, Jumat (10/5/2024) pukul 01.00 Wita

Sebanyak 30 siswa itu kabur karena diduga sering dibully atau mendapatkan perundungan dari kakak kelasnya.

Mereka melarikan diri melalui selokan besar dan melewati rawa-rawa yang tebus ke persawahan

Bahkan tiga orang siswa lainnya sempat terpisah dari rombongan hampir diganggu  preman di area itu.

Setelah berada dijalan, mereka mencari pertolongan saat bertemu sorang kakek. Mereka dibawa pulang dan  meminjam handphone cucu kakek tersebut

Para siswa itu meminjam handphone warga dan menghubungi alumni siswa SMA Wira Bhakti melalui instagram

30 siswa itu menempuh perjalanan dari Bone Bolango menuju Kota Gorontalo sekitar 14 kilometer menggunakan taksi online.

Mereka harus tidur di teras rumah karena tidak ingin menggangu pemilk rumah

Para siswa menjelaskan perlakuan mereka dapat yakni saat ingin salat Jumat, para siswa disebut mendapatkan perlakuan bullying.

Mukena mereka diikat satu sama lain, mereka juga sering diminta untuk setrika baju senior dan nyuci piring senior padahal itu urusan pribadi masing-masing

Tak hanya itu, para siswa juga dipaksa makan dengan porsi berlebihan dan harus dihabiskan. Bahkan para siswa diminta membeli kebutuhan senior seperti tisu dan kecap

Para siswa diminta duduk sinden dengan posisi tumpuan badan berada di jari-jari kaki selama berjam-jam.

Keluhan tersebut sudah disampaikan para siswa ke orangtua melalui surat tapi tidak pernah sampai. (*Arianto)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved