Budaya Gorontalo

Seni Beladiri Langga Gorontalo, Tradisi yang Berakar dalam Legenda Ju Panggola

Dikisahkan bahwa seni beladiri ini diperkenalkan oleh sosok legendaris, Ju Panggola, meskipun belum ada dokumen resmi yang menceritakan tentang asal-u

Penulis: Redaksi | Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
Tugu Langga Gorontalo di pintu masuk Kabupaten Bone Bolango. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Seni beladiri Langga, sebuah warisan budaya yang diyakini oleh masyarakat Gorontalo telah lama menjadi bagian integral dari sejarah dan identitas lokal.

Dikisahkan bahwa seni beladiri ini diperkenalkan oleh sosok legendaris, Ju Panggola, meskipun belum ada dokumen resmi yang menceritakan tentang asal-usul Langga.

Ju Panggola, yang dalam bahasa Gorontalo berarti "orang tua," dikenal sebagai seorang Awuliya yang memperluas agama Islam di Gorontalo pada abad ke-16.

Ia juga dikenal karena memiliki kesaktian, termasuk kemampuan menghilang dan muncul ketika Gorontalo berada dalam keadaan darurat. Dalam penampilannya, Ju Panggola selalu memakai jubah putih dan berjenggot panjang.

Baca juga: Nilai dalam Seni Beladiri Langga Gorontalo Diadopsi dalam Ilmu Akuntansi UNG

Ju Panggola adalah guru dalam ilmu beladiri, khususnya kepada para prajurit kerajaan yang dikenal sebagai majulu dan dipimpin oleh apitalau.

Dalam pengajarannya, Ju Panggola menggunakan metode yang unik dengan meneteskan air pada mata murid-muridnya, yang kemudian akan menguasai ilmu bela diri Langga.

Langga merupakan seni beladiri tradisional yang tidak dimaksudkan untuk membunuh lawan, melainkan untuk melumpuhkan dan melindungi diri.

Gerakan dalam Langga terkenal karena kekuatannya dan kecepatan, melebihi seni beladiri lain seperti karate, kempo, dan taekwondo.

Selain aspek fisik, Langga juga melibatkan unsur-unsur ritual, termasuk pemanggilan lati yang membawa kekuatan tambahan kepada pemain Langga.

Ritual ini melibatkan perlengkapan seperti polutube, kemenyan, uang koin, pisau dengan gagang terlilit kain merah, ayam, serta tiga helai kain berwarna hitam, putih, dan merah.

Tingkah laku pemimpin Langga saat pelaksanaan juga memiliki peran penting dalam ritual ini.

Baca juga: Puas-puasin Makan, Menurut Guru Besar UNG Nike Gorontalo Akan Habis dalam 10 Tahun

Pewarisan seni beladiri Langga di Gorontalo tidak bergantung pada garis keturunan keluarga, tetapi bersifat menyeluruh, asalkan individu tersebut masih memiliki akar Gorontalo.

Tradisi Langga diwariskan sebagai cara untuk mempertahankan diri dan bukan untuk tujuan agresif atau dominasi.

Proses pelaksanaan tradisi Langga melibatkan tahapan "hepasialo lo lati lo malu’o," yang bertujuan untuk memperoleh kekuatan beladiri. Tradisi ini tetap dijaga dan diyakini oleh masyarakat Gorontalo hingga saat ini.

Terdapat dua jenis Langga yang dilaksanakan: Langga khusus dan Langga undangan. Langga khusus merupakan pertunjukan yang dilakukan oleh kelompok kecil masyarakat desa atau kecamatan sebagai hiburan atau presentasi estetis.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved