Konflik Rusia Vs Ukraina
Intelijen Ukraina Ungkap Kematian Jenderal Rusia
Lagi jenderal Rusia tewas dalam invasi ke Ukraina. Intelijen militer Ukraina mengeklaim pada Selasa (8/3/2022), pasukan Ukraina membunuh jenderal.
Rusia Analis militer mengatakan Rusia membuat kesalahan strategis pada hari-hari awal invasi setelah diluncurkan pada 24 Februari, dengan mengirimkan terlalu sedikit pasukan darat pada fase awal dan gagal membuat angkatan darat serta udara bekerja bersama-sama.
Padahal, Moskwa tampaknya berharap dapat mencapai keberhasilan militer dalam beberapa hari.
"Awalnya mereka pikir mereka bisa memperkenalkan unit dengan sangat cepat ke Ibu Kota Kyiv," kata Michael Kofman, direktur Program Studi Rusia di Pusat Analisis Angkatan Laut di AS.
"Asumsinya konyol, bagaimana Anda bisa merebut Kyiv dalam tiga hari? Militer Rusia sekarang telah menyesuaikan dan mencoba melakukan ini sebagai operasi senjata gabungan," pendapat Kofman.
5. Ketakutan psikologis
Rusia Rusia telah membunyikan bel alarm di seluruh dunia dengan menjaga puluhan ribu tentara dikerahkan di dekat perbatasan dengan Ukraina selama beberapa pekan terakhir.
Tetapi, ada kemungkinan bahwa hanya sedikit yang tahu bahwa mereka akan dikirim berperang di negara tetangga yang penduduknya adalah sesama Slavia dan di mana banyak yang berbicara bahasa Rusia sebagai bahasa ibu mereka.
Semangat tidak akan terbantu oleh banyaknya korban Rusia yang, menurut sumber Perancis, termasuk setidaknya satu jenderal besar. Ini menjadi sebuah tanda bahwa elit militer merasa terdorong untuk mengunjungi garis depan.
Tom Pepinsky, rekan senior non-residen di Brookings Institution, mengatakan bukti sejauh ini menunjukkan bahwa perlakuan Ukraina terhadap tawanan perang Rusia bisa menjadi lebih keras karena penjajah semakin mendesak ke negara itu.
"Perlawanan Ukraina akan paling efektif jika Rusia gelisah, tidak bisa tidur, dan cenderung bereaksi berlebihan," katanya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lagi, Jenderal Rusia Dilaporkan Tewas di Tangan Pasukan Ukraina"