Human Interest Story

Kisah Jon Puluhulawa, 20 Tahun Jadi Tukang Parkir Kini Tinggal Sebatang Kara 

Pria tua itu duduk termenung di kursi kayu kecil, di tepi Jalan Sutoyo, Kota Gorontalo, seorang pria tua duduk termenung di kursi kayu kecil.

Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Herjianto Tangahu, TribunGorontalo.com
HUMAN STORY -- Jon Puluhulawa (67), Kakek yang sampai dengan saat ini bertahan menjadi tukang parkir, Minggu (26/10/2025). 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Pria tua itu duduk termenung di kursi kayu kecil, di tepi Jalan Sutoyo, Kota Gorontalo, seorang pria tua duduk termenung di kursi kayu kecil.

Namanya Jon Puluhulawa, usia 67 tahun. Dengan tubuh yang mulai renta, ia masih setia menunggu pegendara yang datang untuk memarkirkan kendaraan.

Sebab dari sanalah ia mengais rezeki setiap hari.

“Sudah jadi tukang parkir sejak Gubernur Gorontalo masih Pak Fadel Muhammad,” ujar Jon dengan lirih, Minggu (26/10/2025).

Fadel Muhammad yang kini sebagai anggota DPD RI itu pernah menjabat sebagai Gubernur Gorontalo dua periode, dari 2001 hingga 2009.

Baca juga: 10 Jurusan Kini Kehilangan Daya Saing di Pasar Kerja, Berikut Daftarnya

Artinya, Jon sudah menggeluti profesi ini lebih dari dua dekade, sebuah waktu yang panjang untuk seseorang yang setiap hari berhadapan dengan panas dan hujan di pinggir jalan.

Menurut Jon, dulu kendaraan belum sebanyak sekarang.

Lalu lintas belum seramai saat ini, dan tarif parkir pun ia sudah lupa berapa awalnya.

“Saya lupa berapa, tidak seperti sekarang yang sudah diatur oleh Dishub,” katanya

Setiap hari, Jon berangkat pagi dan pulang menjelang malam. Hasil yang ia dapat pun tidak seberapa.

“Syukur-syukur dapat Rp 60 ribu, untuk setoran Rp 30 ribu,” ucapnya pelan.

Artinya, hanya separuh dari hasil parkir itu yang benar-benar masuk ke kantongnya.

Namun, tak jarang pula ia pulang dengan wajah lesu karena tak mendapatkan apa-apa.

“Ada hujan, pendapatan tidak ada tapi harus bayar setoran,” katanya menunduk.

Ia tidak menyebutkan kepada siapa setoran itu diserahkan.

Hal yang mengetuk hati adalah, kini ia hidup sebatang kata, tanpa istri dan tanpa anak. 

“Saya sudah pisah sekitar lima tahun lalu,” ujarnya lirih.

Dulu ia tinggal bersama istrinya di Kelurahan Donggala, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo. 

Baca juga: Aroma Korupsi Bimtek ke Luar Gorontalo Utara Pakai Dana Desa Diendus Kejari

Namun sejak berpisah, ia memilih menyewa kamar kecil di Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Tengah.

Untuk tempat tinggal sederhana itu, ia harus membayar Rp 300 ribu per bulan.

Untuk makan, Jon hanya mengandalkan warung-warung kecil di sekitar tempatnya bekerja. Ia tidak banyak menuntut. 

Yang penting kata dia  bisa bertahan hidup dari hari ke hari.

Meski usianya tak lagi muda, Jon tetap berusaha tegar.

Ia tahu pekerjaan ini berat, tapi ia juga tahu, berrhenti bukan pilihan (*/Jian)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved