Berita Internasional

Korea Utara Tolak Denuklirisasi, Kim Jong-un Tegaskan Nuklir Adalah Soal Bertahan Hidup

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyatakan tidak ada alasan untuk menghindari dialog dengan Amerika Serikat,

Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
MENGHAPUS JEJAK -- Tak ada satupun jejak Kim Jong Un di Beijing selain foto dan kenangan. Seluruh jejak biologis dihapus. 

TRIBUNGORONTALO.COM — Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyatakan tidak ada alasan untuk menghindari dialog dengan Amerika Serikat, asalkan Washington menghentikan tuntutannya agar Pyongyang melepaskan senjata nuklir.

Namun, ia menegaskan tidak akan pernah menukar persenjataan nuklirnya hanya demi pembebasan dari sanksi, demikian dilaporkan media pemerintah KCNA pada Senin (22/9).

“Secara pribadi, saya masih memiliki kenangan indah bersama Presiden AS (Donald) Trump,” kata Kim dalam pidatonya di Majelis Rakyat Tertinggi pada Minggu.

Baca juga: Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa Hadir di Sidang PBB, Akhiri 58 Tahun Vakum Diplomasi

Pernyataan ini mengingatkan kembali pada hubungan unik keduanya, yang pernah bertemu tiga kali selama masa jabatan pertama Trump.

Komentar tersebut muncul di tengah upaya pemerintahan liberal baru di Seoul untuk mendorong Trump mengambil peran dalam membuka kembali dialog dengan Pyongyang.

Enam tahun lalu, seluruh proses perdamaian runtuh akibat benturan soal sanksi dan pembongkaran program nuklir Korea Utara.

Kim menekankan, jika AS melepaskan apa yang ia sebut sebagai “obsesi tidak masuk akal” terkait denuklirisasi dan menerima kenyataan, maka tak ada alasan bagi Korea Utara menolak duduk bersama.

“Jika AS menginginkan koeksistensi damai yang nyata, kami tidak menutup pintu dialog,” ujarnya.

Menurut Kim, membangun senjata nuklir adalah persoalan bertahan hidup bagi Korea Utara untuk menghadapi ancaman serius dari Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Ia menunjuk serangkaian latihan militer gabungan kedua sekutu yang dinilainya telah berkembang menjadi skenario perang nuklir.

Meski ada isyarat dari Washington dan Seoul untuk kembali membuka dialog, Kim menyebut niat itu tidak tulus.

Baginya, tujuan utama AS dan Korsel tetap sama: melemahkan Korea Utara dan menghancurkan rezimnya.

Ia bahkan menolak usulan bertahap dari Seoul untuk menghentikan program nuklir sebagai “bukti” dari maksud tersembunyi tersebut.

“Dunia sudah tahu dengan jelas apa yang dilakukan AS terhadap negara-negara yang menyerahkan senjata nuklirnya dan dilucuti. Kami tidak akan pernah melepaskan senjata nuklir,” tegas Kim.

“Tidak akan pernah, dan tidak akan pernah untuk selamanya, ada negosiasi dengan musuh dengan menukar sesuatu hanya karena obsesi pencabutan sanksi," katanya. 

Kim menganggap sanksi internasional justru menjadi “pengalaman berharga” yang membuat negaranya lebih kuat dan tangguh.

Selama bertahun-tahun, Korea Utara berada di bawah sanksi Dewan Keamanan PBB, termasuk embargo ekonomi dan senjata yang menekan pendanaan untuk pengembangan militer.

Namun, Pyongyang tetap melanjutkan programnya, bahkan berhasil membuat kemajuan signifikan dalam produksi senjata nuklir dan rudal balistik jarak jauh.

Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung, dalam wawancara dengan Reuters, mengatakan sanksi itu gagal menahan Korea Utara.

Menurutnya, saat ini Korut justru menambah 15 hingga 20 senjata nuklir baru setiap tahun.

“Realitanya, pendekatan lama dengan sanksi dan tekanan tidak menyelesaikan masalah, malah memperburuknya,” ujar Lee.

Sejak menjabat pada Juni lalu, Lee telah mengulurkan tawaran perdamaian, menyatakan bahwa dialog dengan Pyongyang sangat penting.

Ia mengusulkan langkah-langkah bertahap untuk membangun kepercayaan hingga akhirnya mencapai penghentian program nuklir Korea Utara.

Lee mengakui hambatan besar menghadang upaya membuka kembali dialog, namun ia tetap menilai pendekatan bertahap adalah opsi paling realistis.

Ia menambahkan, perlu diciptakan kondisi yang tepat untuk membawa Korut kembali ke meja perundingan, dan Donald Trump memiliki peran kunci dalam upaya tersebut.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved