Berita Nasional

Pemerintah Suntik Rp 200 Triliun ke 5 Bank, Ini Rinciannya

Pemerintah resmi menyalurkan dana segar sebesar Rp 200 triliun ke lima bank nasional hari ini.

Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
MENKEU PURBAYA - Potret Menkeu Purbaya saat serah terima jabatan (sertijab) Menteri Keuangan dari Sri Mulyani kepada dirinya, Selasa (9/9/2025). Serba-serbi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang dilantik Presiden RI Prabowo Subianto pada Senin (9/9/2025), di Istana Negara, Jakarta. 

TRIBUNGORONTALO.COM — Pemerintah resmi menyalurkan dana segar sebesar Rp 200 triliun ke lima bank nasional hari ini.

Langkah ini dipastikan langsung oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai bagian dari strategi likuiditas nasional.

Kelima bank penerima dana tersebut adalah Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Syariah Indonesia (BSI).

“Kemarin saya janji akan tempatkan dana Rp 200 triliun, perbankan kini sudah diputuskan dan siang ini disalurkan. Jalan ini kita kirim ke 5 bank,” tegas Purbaya.

Baca juga: Sidik Kasus Korupsi Chromebook, Kejagung Geledah Apartemen Nadiem Makarim

Penempatan dana dilakukan dengan skema Deposit on Call, bukan deposito berjangka.

Artinya, dana bersifat cair dan dapat ditarik sewaktu-waktu, mirip dengan giro.

“Deposit on call jadi bukan time deposit, jadi seperti giro tapi cepat liquid,” jelas Purbaya.

Berikut rincian alokasi dana:

  • Bank Mandiri: Rp 55 triliun
  • BNI: Rp 55 triliun
  • BRI: Rp 55 triliun
  • BTN: Rp 25 triliun
  • BSI: Rp 10 triliun

BSI menjadi satu-satunya bank syariah yang menerima penempatan dana ini.

Purbaya menambahkan, meski tidak ada pengawasan khusus dari pemerintah, bank-bank penerima akan terdorong untuk segera menyalurkan dana tersebut ke sektor produktif.

Jika tidak, mereka akan menanggung biaya dana yang cukup tinggi.

“Kalau dia gak salurin kredit, dia harus bayar uang itu. Mereka pasti akan berpikir keras untuk menyalurkan dana itu,” ujarnya.

Bunga yang akan diterima pemerintah dari penempatan ini berkisar antara 4 persen hingga 4,5 % .

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No.276 Tahun 2025, imbal hasil ditetapkan sebesar 80,476?ri BI Rate.

Dengan BI Rate saat ini di angka 5 % , maka bunga yang diterima pemerintah adalah sekitar 4,02 % .

Purbaya menyebut langkah ini sebagai strategi untuk menggerakkan kembali roda perekonomian yang belakangan dinilai melambat.

Menurut Purbaya, kebijakan ini merupakan “percobaan pertama” yang akan terus dievaluasi.

Jika terbukti mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, maka skema serupa akan diulang secara bertahap.

“Nanti kita akan berlanjut terus sampai kita lihat ada impact yang signifikan di sistem. Saya akan ngomong dengan Gubernur BI mendukung kebijakan itu,” tambahnya.

Purbaya juga menyoroti kondisi sistem keuangan Indonesia yang dinilai “kering” dalam setahun terakhir.

Ia menyebut bahwa lambatnya belanja pemerintah dan kesalahan kebijakan moneter turut memperparah situasi.

“Sebelumnya sudah kita lihat bahwa sistem finansial kita agak kering, makanya ekonominya melambat. Makanya ya setahun terakhir lah orang susah cari kerja dan lain-lain karena ada kesalahan kebijakan di situ, moneter dan fiskal,” ungkapnya.

Langkah ini mendapat perhatian luas, terutama karena dilakukan di tengah tekanan ekonomi global dan koreksi pasar domestik.

Purbaya sendiri mengaku optimistis, mengingat pengalamannya lebih dari 15 tahun di pasar keuangan.

Memasuki kuartal ketiga tahun 2025, kondisi ekonomi Indonesia menunjukkan stabilitas yang cukup kuat, meski belum sepenuhnya pulih dari tekanan global dan dinamika sosial dalam negeri.

Pemerintah dan Bank Indonesia kompak menyebut bahwa fundamental ekonomi nasional masih solid, namun tantangan struktural tetap membayangi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 tercatat sebesar 5,12 persen year-on-year (yoy).

Angka ini menunjukkan ketangguhan ekonomi nasional di tengah gejolak politik dan demonstrasi besar yang sempat terjadi akhir Agustus.

Sektor industri juga mulai menunjukkan pemulihan. Indeks PMI Manufaktur naik ke level 51,5 pada Agustus, setelah sempat berada di bawah 50 selama Mei hingga Juli.

Kenaikan ini didorong oleh ekspansi output dan meningkatnya permintaan baru.

Inflasi domestik berada di level 2,37 persen pada Juli, dan diperkirakan tetap stabil hingga akhir tahun.

Sementara itu, nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp16.490 per dolar AS, menunjukkan ketahanan terhadap tekanan eksternal.

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2025 berada di kisaran 4,8 persen–5,6 persen , dengan inflasi nasional antara 1,5 % –3,5 % .

Namun, Gubernur BI Perry Warjiyo mengingatkan bahwa lima risiko utama masih membayangi: perlambatan ekonomi global, harga komoditas yang bergejolak, suku bunga tinggi di AS, dolar AS yang kuat, dan inflasi global yang turun sangat lambat.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved