TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Panglima TNI Andika Perkasa menjadi tiga figur capres Partai Nasdem.
Dari tiga nama itu, hanya satu yang akan jadi capres. Bisa Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Andika Perkasa. Keputusan ada di tangan Ketum Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Politik begitu cair, Nasdem butuh koalisi untuk bisa mengusung. Kerja sama politik dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum juga terealisasi.
Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya menyebut, pihaknya bakal mengumumkan satu nama calon presiden (capres) yang akan diusung untuk Pilpres 2024 pada bulan November 2022.
Selain capres, Nasdem juga akan mengumumkan koalisi yang mereka bentuk untuk menghadapi Pemilu 2024.
"Nasdem masih time limit November, kita punya satu nama dan paket koalisi," ujar Willy saat ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (28/9/2022).
Adapun Nasdem telah memiliki tiga nama bakal capres berdasarkan hasil rakernas beberapa waktu lalu. Dari tiga nama ini nantinya akan dikerucutkan menjadi satu.
Ketiga nama itu adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Baca juga: Nasdem Buka Peluang Duet Puan Maharani-Anies Baswedan Maju Pilpres 2024
Sementara untuk koalisi, Willy mengatakan, partai Nasdem masih dinamis.
Saat ini, partai yang paling memungkinkan untuk berkoalisi dengan Nasdem adalah Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
"Masih bisa kocok ulang. Goyang dumang juga masih bisa. Teman-teman jangan khawatir, ini masih dinamis," tuturnya.
Sementara itu, Willy menegaskan, capres yang akan pihaknya usung tidak harus menjadi kader Nasdem terlebih dahulu.
Dia mencontohkan, Ganjar yang merupakan kader PDI-P, tapi menjadi bakal capres 2024 dari Nasdem.
"Siapa yang diusulkan tidak perlu jadi kader. Lihat RK (Ridwan Kamil). Memang Ganjar ... kan kita usulkan juga. Khofifah juga. Enggak perlu jadi Nasdem tidak apa-apa," imbuh Willy.
Sementara itu, Bendahara Umum Nasdem Ahmad Sahroni menyatakan bahwa partainya bakal mengumumkan siapa calon presiden (capres) dari partai tersebut pada 10 November 2022.
Selain itu, menurut dia, Nasdem juga akan mengumumkan terkait keputusan koalisi partainya pada tanggal yang sama.
Sahroni berujar bahwa bakal ada tiga nama capres yang diumumkan oleh Ketua Umum Nasdem Surya Paloh pada 10 November 2022. "Kan ada tiga nama (capres).
Nanti akan diumumin sama babeh gue (Surya Paloh) (pada) November (2022)," sebutnya, ditemui di lokasi pembangunan rumah sakit (RS) Toto Tentrem, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (26/9/2022). "(Pengumuman soal keputusan) koalisi ya tanggal 10 November (2022) itu," lanjut Sahroni.
Anies Dinilai Tak Cukup jadi Perekat
Partai Nasdem, PKS dan Partai Demokrat tak kunjung mengumumkan pembentukan koalisi, meski mengklaim pembahasan mengenai hal itu kian menguat.
Baca juga: Elite PDIP Puan Maharani Temui Ketum Nasdem Surya Paloh, Kata Pengamat Politik soal Isu Capres
Menurut pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komaruddin, sosok Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang digadang akan diusung menjadi calon presiden oleh ketiga partai itu, belum cukup kuat menjadi alat perekat koalisi.
"Koalisi tidak sesederhana yang kita bayangkan. Ada berbagai faktor yang harus kita perhitungkan, salah satunya terkait kekuatan finansial Anies atau king maker-nya," ujar Ujang kepada Kompas.com, Minggu (25/9/2022).
Menurut dia, dengan menjadikan Anies sebagai capres, maka jatah untuk menjadi orang nomor satu atau nomor dua bagi ketiga parpol tersebut berkurang.
Sementara diketahui, Anies bukanlah kader salah satu partai itu. Padahal dalam membangun sebuah koalisi, kata Ujang, setiap parpol berharap adanya kompensasi yang diterima.
Partai Nasdem, di satu sisi, memang secara tegas telah memunculkan nama Anies sebagai kandidat capres, selain Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Sementara, Partai Demokrat dalam beberapa waktu terakhir cukup masif mendorong ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai pasangan Anies. Meski diketahui bahwa perolehan suara Demokrat pada Pemilu 2019 lalu, tak lebih besar dari PKS.
"Nah, PKS kan tidak dapat. Bagi PKS apa?" ujar Ujang. "Tentu PKS juga ingin kompensasi, apa, misalnya, bisa saja bantuan donasi untuk PKS (dalam bentuk) uang operasional, katakanlah, membantu PKS di pileg," lanjutnya.
Baca juga: Kader Nasdem Gorontalo Serahkan ke Surya Paloh soal Duet Anies Baswedan-AHY
Belakangan, PKS memunculkan tiga nama untuk mendampingi Anies, yakni Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan mantan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno.
Namun hingga kini belum ada keputusan siapa yang kelak akan mendampingi Anies, apabila jadi diajukan sebagai capres oleh koalisi ini.
Di sisi lain, Ujang menilai bahwa ketiga partai politik juga masih melihat konstelasi koalisi lawan-lawan politiknya yang sejauh ini, meski telah membentuk beberapa poros, juga masih cair.
"KIB (Koalisi Indonesia Bersatu) sudah berkoalisi tapi belum ada nama capres-cawapresnya, sama juga dengan KIR (Koalisi Indonesia Raya). Oleh karena itu saya juga melihat bahwa wajar jika Nasdem, PKS, dan Demokrat belum berkoalisi, dan belum mengusulkan nama capres-cawapresnya," jelas Ujang.
"Karena melihat konstruksi kekuatan lawan dulu, karena biasanya semuanya juga main di ujung, atau main di akhir, menjelang pendaftaran di KPU 2023 nanti," lanjutnya.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Nasdem Umumkan Calon Presiden dan Paket Koalisi pada November"