Warga Gorontalo Disekap

Pemkab Gorontalo Akan Bantu Pulangkan Agus Hilimi dari Kamboja

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo mengambil langkah cepat untuk membantu Agus Hilimi (28).

Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Fadri Kidjab
Kolase TribunGorontalo.com
WARGA DISEKAP -- Kolase foto Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gorontalo, Kisman Ishak, dan Agus Hilimi. Pemkab Gorontalo berupaya bekerja sama dengan kementerian terkait untuk memulangkan Agus Hilimi dari Kamboja. 

TRIBUNGORONTALO.COM – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo mengambil langkah cepat untuk membantu Agus Hilimi (28).

Warga Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa, itu menjadi korban perdagangan manusia dan disekap di Kamboja. 

Agus tergiur janji gaji Rp9 juta, tetapi justru terjebak dalam sindikat penipuan.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gorontalo, Kisman Ishak, langsung menurunkan tim ke lapangan untuk mengumpulkan data korban. 

"Langkah awal ini penting agar proses koordinasi berjalan lebih cepat," ujar Kisman, Selasa (26/8/2025).

Kisman menambahkan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Komite Pelindung Pekerja Migran Indonesia (KP3MI) Manado untuk memfasilitasi komunikasi. 

"Kami akan menindaklanjuti bersama pihak terkait untuk memastikan Agus segera dipulangkan dengan selamat," tegasnya.

Kronologi Penyekapan

WARGA DISEKAP -- Kolase foto Agus Hilimi. Warga Desa Tolotio itu mengaku disekap di Kamboja. Pihak perusahaan tempat Agus Hilmi bekerja meminta uang tebusan.
WARGA DISEKAP -- Kolase foto Agus Hilimi. Warga Desa Tolotio itu mengaku disekap di Kamboja. Pihak perusahaan tempat Agus Hilmi bekerja meminta uang tebusan. (Kolase TribunGorontalo.com/Ist)

Melalui panggilan video yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, Agus menceritakan kisahnya. 

Ia berangkat dari Gorontalo pada 7 Agustus 2025 bersama seorang teman bernama Handi, setelah dibujuk oleh seseorang bernama Eby untuk bekerja di Thailand. 

Namun, bukannya dibawa ke Thailand, mereka justru diselundupkan ke Kamboja.

Handi berhasil lolos karena curiga dengan dokumen palsu yang dipaksa dibuat. 

 Agus yang tidak menyadari penipuan itu tetap melanjutkan perjalanan dan akhirnya terjebak dalam jaringan sindikat.

Setibanya di Kamboja, Agus dipaksa menjadi penipu daring. Ia diberi target harian untuk merekrut korban baru dan didenda 100 dolar AS jika gagal. 

"Saya tidak bisa komputer, saya tidak tahu harus bagaimana. Saya hanya ingin pulang," tutur Agus lirih.

Halaman
123
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved