Polemik Beras Oplosan
Imbas Temuan Oplosan, Pasokan Beras Premium ke Gorontalo Dihentikan Sementara
Distribusi beras premium ke Kota Gorontalo terhambat imbas temuan beras oplosan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dan Satgas Pangan Polri.
Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
Investigasi dilakukan secara langsung oleh tim Kementan di pasar-pasar besar di 10 provinsi.
Fokus pemeriksaan menyasar dua kategori utama beras, yakni beras premium dan beras medium, yang paling banyak dikonsumsi masyarakat.
Hasilnya, dari 136 merek beras premium yang diuji, sekitar 85,56 persen tidak memenuhi standar mutu.
Lalu 59,78 persen dijual melebihi HET, dan 21 persen tidak sesuai berat kemasan.
Banyak temuan beras kemasan lima kilogram yang ternyata hanya berisi empat kilogram.
Kondisi lebih buruk ditemukan pada beras medium.
Dari 76 merek yang diuji, sebanyak 88 persen tidak sesuai mutu, 95 persen melebihi HET, dan 10 persen tidak sesuai takaran.
"Ini praktik curang yang merugikan masyarakat luas. Kami tak akan tinggal diam," tegas Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (26/6/2025).
Amran menyebut, jika dibiarkan, praktik semacam ini berpotensi menyebabkan kerugian konsumen hingga Rp99 triliun.
Terlebih saat ini stok beras nasional justru tengah melimpah, dengan prediksi produksi mencapai 35,6 juta ton, melebihi target 32 juta ton.
Kementan melakukan pengujian beras ini melalui 13 laboratorium dan akan segera memverifikasi ulang data untuk keperluan tindakan hukum.
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/asef.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.