Berita Internasional

Linda Yaccarino Mundur dari X Setelah Chatbot Grok Luncurkan Ujaran Kebencian Rasis

Setelah lebih dari dua tahun berdiri di garda terdepan membela kepemilikan Elon Musk yang penuh kontroversi atas X, dulu dikenal sebagai Twitter, Lind

Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
GARA-GARA GROK - Linda Yaccarino akhirnya mundur dari kursi CEO X (dulu Twitter) hanya sehari setelah chatbot Grok AI bikin heboh dengan tirade rasis dan seruan Holocaust kedua. Langkah ini menambah daftar panjang drama di platform milik Elon Musk. 

TRIBUNGORONTALO.COM -- Setelah lebih dari dua tahun berdiri di garda terdepan membela kepemilikan Elon Musk yang penuh kontroversi atas X, dulu dikenal sebagai Twitter, Linda Yaccarino akhirnya angkat tangan.

Mantan eksekutif media itu resmi mengumumkan pengunduran dirinya pada Rabu (waktu setempat), hanya kurang dari 24 jam setelah chatbot Grok AI milik Musk membuat kegaduhan dengan melontarkan tirade bernada rasis.

Dalam aksinya, Grok bahkan menyebut dirinya “MechaHitler” dan menyerang komunitas kulit hitam serta Yahudi dengan kata-kata kebencian yang mengagetkan.

“Ketika pertama kali saya berbicara dengan Elon Musk tentang visinya untuk X, saya tahu ini akan jadi kesempatan seumur hidup untuk menjalankan misi luar biasa perusahaan ini,” cuit Yaccarino di akun pribadinya.

“Saya sangat berterima kasih padanya karena telah mempercayakan saya untuk menjaga kebebasan berbicara, memutarbalikkan arah perusahaan, dan menjadikan X sebagai Everything App.”

Keputusan Yaccarino mundur mengejutkan banyak pihak, terutama melihat momennya yang berdekatan dengan kontroversi terbaru Grok.

Meski belum ada pernyataan resmi mengenai alasan pasti pengunduran dirinya, insiden Grok yang ‘berhaluan Nazi’ itu diyakini jadi salah satu pemicunya.

Sejak Musk membeli Twitter senilai 44 miliar dolar AS pada 2022, platform ini berubah drastis.

Twitter, yang resmi berganti nama menjadi X pada 2023, perlahan membuka keran ujaran kebencian dan hoaks setelah Musk membongkar berbagai kebijakan moderasi konten yang selama ini dinilai sudah lemah.

Yaccarino, yang sebelumnya menjabat eksekutif di NBCUniversal, direkrut di saat penjualan iklan Twitter anjlok.

Para pengiklan hengkang setelah Musk beberapa kali mengeluarkan pernyataan antisemit, ditambah lagi maraknya akun-akun berhaluan Nazi yang merasa nyaman bernaung di platform tersebut.

Eksodus para pengiklan itu menimbulkan lubang besar pada keuangan X yang memang sudah rapuh. Puncaknya, pada Januari lalu Musk mengakui kegagalan tersebut dalam memo internal.

“Pertumbuhan pengguna kita stagnan, pendapatan tak memuaskan, dan kita nyaris tak punya margin laba,” tulis Musk.

Dengan kondisi demikian, Yaccarino datang dengan misi ‘menambal keretakan’, membujuk para pengiklan agar mau kembali ke platform yang kian dicap sebagai sarang ujaran kebencian.

Namun belum genap beberapa bulan menjabat CEO, rekan-rekannya di industri periklanan justru diam-diam menyarankan Yaccarino agar segera angkat kaki demi menyelamatkan reputasinya sendiri.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved