Gempa Bumi

Gempa Bumi Gorontalo di Awal Bulan Juli 2025, Terdeteksi di Gorut

Wilayah perairan Barat Laut Gorontalo Utara diguncang gempa bumi tektonik dengan magnitudo 2.7 pada pukul 13:46:01 WIB.

Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
GEMPA HARI INI -- Gempa Mag:2.7, 01-Jul-2025 13:46:01WIB, Lok:1.52LU, 122.28BT (104 km BaratLaut GORONTALOUTARA-GORONTALO), Kedlmn:10 Km #BMKG 

TRIBUNGORONTALO.COM – Wilayah perairan Barat Laut Gorontalo Utara diguncang gempa bumi tektonik dengan magnitudo 2.7 pada pukul 13:46:01 WIB.

Berdasarkan data awal dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), episenter gempa terletak pada koordinat 1.52° Lintang Utara dan 122.28° Bujur Timur.

Lokasi ini berada sekitar 104 kilometer di Barat Laut Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, dengan kedalaman 10 kilometer di bawah permukaan laut.

Meskipun magnitudo gempa kali ini tergolong kecil, kedalamannya yang dangkal (10 km) mengindikasikan bahwa sumber gempa berada relatif dekat dengan permukaan bumi.

Gempa dangkal seperti ini, meskipun dengan magnitudo yang tidak terlalu besar, berpotensi menimbulkan getaran yang lebih terasa di permukaan dibandingkan gempa dalam dengan magnitudo yang sama.

Ini karena energi yang dilepaskan tidak banyak teredam oleh lapisan batuan di bawahnya.

Gorontalo merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aktivitas kegempaan yang cukup tinggi.

Hal ini disebabkan oleh posisi geografisnya yang dikelilingi oleh sesar-sesar aktif.

Beberapa sesar aktif yang mempengaruhi Gorontalo antara lain Sesar Gorontalo yang berarah tenggara-barat laut melintasi Kota Gorontalo dan memotong lengan utara Sulawesi, serta patahan aktif di Teluk Tomini.

Sejarah mencatat Gorontalo pernah diguncang gempa kuat, seperti pada tahun 1939 dengan magnitudo 8.6 SR yang memicu tsunami, serta beberapa gempa signifikan lainnya seperti magnitudo 7.3 pada 1990 dan magnitudo 7.2 pada 1991.

Studi mengenai sesar aktif terus dilakukan oleh BMKG bersama berbagai institusi riset untuk memahami potensi risiko bencana di wilayah ini.

Jenis tanah di Provinsi Gorontalo cukup beragam, meliputi Aluvial, Latosol, Mediteran, Podsolik, Grumusol, dan Litosol.

Pada beberapa area, khususnya di dataran pantai, tanah tersusun oleh endapan danau yang terdiri dari tanah liat dan pasir, serta endapan Kuarter seperti endapan pantai dan sungai.

Kondisi tanah yang lunak atau belum kompak dapat memperkuat efek guncangan gempa bumi, menjadikannya daerah yang rawan terhadap guncangan.

Mitigasi Gempa Bumi

Mengingat Gorontalo berada di zona rawan gempa, penting bagi masyarakat untuk selalu siaga dan memahami upaya mitigasi bencana.

Berikut adalah langkah-langkah mitigasi yang dapat dilakukan:

Pembangunan Struktur Tahan Gempa: Membangun atau merenovasi bangunan dengan standar tahan gempa sangat krusial.

Ini termasuk penggunaan material yang kuat dan fleksibel, serta desain struktural yang mampu menahan guncangan lateral.

Penataan Ruang Berbasis Risiko: Kajian sesar aktif dan potensi gempa harus menjadi dasar dalam perencanaan tata ruang kota dan wilayah.

Area dengan risiko tinggi perlu dipertimbangkan untuk pembangunan yang lebih terbatas atau dengan standar konstruksi yang lebih ketat.

Edukasi dan Sosialisasi Bencana: Peningkatan kesadaran masyarakat melalui edukasi tentang cara menghadapi gempa bumi sangat penting. 

Ini meliputi simulasi evakuasi, pengenalan jalur aman, serta pengetahuan mengenai tindakan "drop, cover, and hold on" saat gempa terjadi.

Penyediaan Jalur dan Titik Evakuasi: Memastikan ketersediaan jalur evakuasi yang jelas dan titik kumpul yang aman di setiap lingkungan.

Persiapan Logistik Darurat: Menyiapkan tas siaga bencana di setiap rumah yang berisi air minum, makanan ringan, obat-obatan, senter, radio portabel, dan dokumen penting.

Pelatihan dan Latihan Penanganan Bencana: Melakukan pelatihan rutin bagi tim SAR, relawan, dan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas respons darurat saat terjadi gempa.

Meskipun gempa hari ini tergolong ringan, ini adalah pengingat bahwa Gorontalo adalah wilayah dengan aktivitas seismik yang aktif.

Kesiapsiagaan dan pemahaman mitigasi adalah kunci untuk mengurangi risiko dan dampak bencana di masa depan.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved