Berita Lingkungan
Jadi Rest Area Burung Migran dari Berbagai Negara, Kondisi Danau Limboto Gorontalo Disorot Aktivis
Setiap tahun, ribuan burung dari belahan utara bumi melakukan perjalanan ribuan kilometer melintasi langit dunia.
Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Wawan Akuba
Tapi menurut Rosyid, danau ini memiliki keunggulan: area terbuka dan mudah diamati dengan monokuler atau spotting scope.
Ajakan Menata Kota Ramah Burung
Dalam perayaan World Migratory Bird Day (WMBD) pada Minggu (8/6/2025), BIOTA menggelar pengamatan burung di lokasi tersebut.
Lewat kegiatan ini, mereka mengajak publik dan pemangku kebijakan merancang kota dan desa yang ramah terhadap satwa liar.
“Kita butuh ruang hidup bersama, tempat manusia dan satwa bisa hidup berdampingan,” tegas Rosyid.
Ia mendorong pembangunan hutan kota, ruang terbuka hijau, dan penghijauan area permukiman untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup burung migran.
“Tidak hanya bermanfaat bagi burung, tapi juga untuk kualitas hidup manusia,” tambahnya.
Danny Rogi, anggota BIOTA, menambahkan bahwa burung migran juga terancam oleh perencanaan kota yang buruk.
“Tata ruang yang tidak memperhatikan keberadaan burung bisa menyebabkan habitat hilang dan meningkatkan risiko kecelakaan, seperti burung menabrak bangunan kaca,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa burung bukan hanya bagian dari keanekaragaman hayati, tetapi indikator kesehatan lingkungan.
Sementara itu, Sjamsuddin Hadju dari Balai KSDA Wilayah II Gorontalo menyebut bahwa edukasi masyarakat menjadi kunci penting.
Ia prihatin karena praktik perburuan dan perusakan habitat masih sering terjadi.
“Tidak hanya burung migran yang terancam, burung-burung lokal pun ikut terdampak,” katanya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.