Debt Collector
Polisi Gagalkan Aksi Debt Collector di Kota Gorontalo yang Akan Tarik Paksa Mobil Warga
Polresta Gorontalo Kota menangkap tujuh orang yang diduga sebagai debt collector ilegal setelah nekat melakukan penarikan paksa kendaraan milik warga.
Penarikan Kendaraan
Kasus debt collector menarik paksa kendaraan bermotor di jalanan menjadi pemandangan lumrah bagi masyarakat Indonesia.
Pada akhir Maret 2025, seorang nasabah mengalami kekerasan fisik akibat ulah debt collector di Kota Gorontalo.
Meski sempat saling lapor, korban dan pelaku akhirnya berdamai.
Ada pula kasus penikaman yang melibatkan nasabah. Pelaku kesal karena sepeda motornya pernah ditarik korban.
Sebagaimana diketahui, Debt collector adalah pihak ketiga yang bertugas menagih pembayaran utang yang belum dilunasi oleh debitur.
Mereka biasanya bekerja sama dengan kreditur untuk melakukan tugasnya.
Namun, ada pula oknum yang memanfaatkan pekerjaan ini dengan menjadi debt collector palsu, sehingga bisa dengan mudah merampas paksa kendaraan.
Lantas, apakah debt collector yang merampas motor karena kredit macet bisa dipidana?
Penjelasan ahli
Ahli hukum pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar mengatakan, debt collector yang mengambil kendaraan secara paksa dengan alasan pembayaran menunggak, bisa dipidana.
"Ya, mengambil barang orang lain secara paksa, termasuk merampas motor adalah tindak pidana perampasan dengan kekerasan," kata Fickar saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/4/2025).
Menurutnya, siapa pun termasuk debt collector yang melakukan perampasan paksa terhadap kredit kendaraan macet merupakan sebuah tindak kejahatan, meski mereka memiliki surat kuasa. Sebab, kendaraan milik korban bukan merupakan barang yang dibeli karena kejahatan.
Adapun tindak perampasan kendaraan secara paksa itu bisa dikenai pasal berlapis, yaitu Pasal 368 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Perampasan, Pasal 365 KUHP tentang Pencurian dengan Kekerasan, dan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan.
Ancaman hukumannya mulai dari 12 tahun kurungan penjara hingga hukuman mati, tergantung dengan tindak kejahatan yang dilakukan.
"Pelaku bisa dihukum maksimal 12 tahun jika dilakukan pada malam hari oleh dua orang atau lebih dan mengakibatkan luka berat," terang Fickar. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.