Berita Viral

Siswa Nakal Dikirim ke Barak Militer Bakal Jadi Program Nasional, Ini Catatannya

Pengiriman siswa ke barak militer bakal menjadi program nasional. Namun ada sejumlah catatan

Rrahmat Kurniawan/TribunJabar.id
PROGRAM PENDIDIKAN MILITER - Ratusan pelajar tingkat SMA dan SMK yang akan dikirim ke barak militer di Dodik Bela Negara, Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (5/5/2025). Pengiriman siswa ke barak militer akan segera menjadi program nasional. 

“Saya juga mendapat info bahwa para siswa yang didatangkan ke barak militer mendapat pendidikan seputar bela negara, wawasan kebangsaan, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), kedisiplinan, anti-narkoba, pendidikan keagamaan, dan lain-lain,” sambungnya. 

Satria menilai bahwa beberapa hal tersebut mungkin tidak diajarkan di sekolah mereka masing-masing, apalagi di rumah dan lingkungannya. 

Dia berharap agar pihak yang mengkritik atau tidak setuju dengan hal tersebut, bisa datang ke barak militer secara langsung untuk menilai apa yang dilakukan di sana. 

“Dengan demikian, mereka bisa menilai sendiri seperti apa pola pendidikan yang mereka kritik dan mereka mungkin bisa memberi masukan yang berharga untuk membuat program ini menjadi lebih efektif dan bisa dijadikan contoh secara nasional,” ungkapnya. 

“Intinya, marilah kita berhenti dari sikap skeptis, sinis, dan curiga serta mulai bersikap kolaboratif demi anak-anak bangsa yang sudah tidak bisa lagi ditangani oleh sekolah dan orangtua mereka selama ini,” imbuhnya.

Baca juga: Seleksi CPNS Tahun 2025 Jadi Dibuka atau Batal? Ini Kata BKN dan Kemenpan RB

Bukan hukuman, tapi bentuk pengakuan 

Senada, pengamat pendidikan Ina Liem juga mendukung program pengiriman siswa nakal ke barak militer. 

Dia memandang bahwa kebijakan tersebut sebagai intervensi tepat sasaran, khususnya bagi anak-anak yang selama ini tersisih dari sistem pendidikan konvensional. 

“Banyak dari mereka yang dicap ‘nakal’ sebenarnya bukan bermasalah secara moral, melainkan kehilangan ruang untuk merasa berhasil, baik di sekolah maupun di rumah. Ini bukan soal disiplin semata, tapi soal memberi mereka ‘sense of achievement’,” ujar Ina kepada Kompas.com, Rabu. 

Menurut dia, pendidikan reguler sering gagal dalam membangun hal tersebut, terlebih adanya kebijakan “teaching to the test” yang akan dikembalikan oleh Kemendikdasmen saat ini. 

Baca juga: Satu Pekerja di Proyek Bendungan Bulango Ulu Gorontalo Meninggal, Korban Diduga Alami Cedera Berat

Kebijakan tersebut yakni di mana keberhasilan siswa diukur semata-mata dari skor, bukan dari kompetensi nyata atau integritas personal. 

“Hanya anak-anak yang berprestasi dalam tes yang mendapat 'bintang',” tutur Ina. 

Meski begitu, ucapnya, narasi kebijakan barak militer ini juga perlu diperbaiki. 

Penekanannya bahwa pengiriman siswa itu bukan sebagai hukuman, melainkan bentuk pengakuan dan harapan. 

Selain itu, perlu dipastikan bahwa pendekatan ini tetap menjunjung hak-hak anak dan tidak menjadi ruang kekerasan. 

Baca juga: Diskon Minyak Goreng 2 Liter di Alfamart Kamis, 8 Mei 2025: Semua Merk Hanya Rp30 Ribuan

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved