Berita Gorontalo

Bundaran Saronde Tak Terurus, DLH Kota Gorontalo Akui Tak Ada Anggaran Tahun Ini

Meski menjadi salah satu ikon penting Kota Gorontalo, Bundaran Saronde hingga kini masih gelap tanpa penerangan setiap malam.

Penulis: Arianto Panambang | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Arianto Panambang, TribunGorontalo.com
TUGU SARONDE - Kepala Bidang Pertamanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Gorontalo, Herni Suratinoyo saat diwawancarai TribunGorontalo.com, Selasa (29/4/2925), mengakui belum ada anggaran terkait penerangan saronde. FOTO: Arianto Panambang, TribunGorontalo.com 

Mengenai besarnya biaya yang dibutuhkan, Herni mengaku masih menunggu selesainya penyusunan desain sebelum anggaran bisa dipastikan.

“Kita ingin memastikan hasil akhirnya tidak hanya estetik, tetapi juga tahan lama. Lebih baik dirancang dengan serius daripada terburu-buru dan akhirnya tidak awet,” tegasnya.

DLH berharap, melalui revitalisasi besar ini, Bundaran Saronde dapat kembali menjadi kebanggaan warga Gorontalo.

Baca juga: Guru Besar UNG Sebut Gorontalo Terancam Masuk Perangkap Kemiskinan, Apa Penyebabnya?

Sekaligus ia berharap Bundaran Saronde menarik minat lebih banyak wisatawan untuk menikmati pesona Kota Gorontalo di malam hari. 

Apa Itu Bundaran Saronde?

Bundaran Saronde adalah icon Kota Gorontalo yang menampilkan sepasang kekasih yang sedang menari Saronde. 

Tarian Saronde adalah tarian tradisional dari Gorontalo yang biasanya ditampilkan pada malam pertunangan sebagai bagian dari rangkaian upacara pernikahan adat.

Tarian ini memiliki makna simbolik, terutama terkait dengan menunjukkan kemampuan dan kesiapan calon mempelai pria untuk mendampingi calon mempelai wanita.  

Tarian Saronde, atau "molapi saronde" (menjatuhkan/memperlihatkan selendang yang harum), adalah bagian penting dari pernikahan adat Gorontalo.

Tarian ini menunjukkan kemampuan dan kesiapan calon mempelai pria.

Tarian Saronde biasanya ditampilkan di rumah calon mempelai wanita, pada malam hari "H" pernikahan, setelah sholat Isya.

Ruangan yang digunakan biasanya dulodehu (ruang tengah tempat keluarga berkumpul).

Tarian ini diawali dengan penghormatan kepada orang tua dan keluarga, kemudian dilanjutkan dengan gerakan melangkahkan kaki dan ayunan tangan yang memegang selendang.

Tarian diiringi oleh musik rebana dan nyanyian vokal Turunani, yang bernuansa Islam.  

Tarian Saronde menunjukkan bahwa calon mempelai pria siap untuk membangun rumah tangga dan menjaga calon mempelai wanita. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved