Berita Gorontalo

Bundaran Saronde Tak Terurus, DLH Kota Gorontalo Akui Tak Ada Anggaran Tahun Ini

Meski menjadi salah satu ikon penting Kota Gorontalo, Bundaran Saronde hingga kini masih gelap tanpa penerangan setiap malam.

Penulis: Arianto Panambang | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Arianto Panambang, TribunGorontalo.com
TUGU SARONDE - Kepala Bidang Pertamanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Gorontalo, Herni Suratinoyo saat diwawancarai TribunGorontalo.com, Selasa (29/4/2925), mengakui belum ada anggaran terkait penerangan saronde. FOTO: Arianto Panambang, TribunGorontalo.com 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Meski menjadi salah satu ikon penting Kota Gorontalo, Bundaran Saronde hingga kini masih gelap tanpa penerangan setiap malam.

Tidak adanya perbaikan di lokasi yang berada di simpang empat Jalan Nani Wartabone, Jalan HB Jassin, dan Jalan Cendrawasih ini ternyata disebabkan oleh keterbatasan anggaran.

Pantauan TribunGorontalo.com, malam demi malam, bundaran kebanggaan ini tampak tenggelam dalam kegelapan.

Bahkan, wajahnya jauh dari kesan megah sebagai wajah Ibukota Provinsi Gorontalo.

Baca juga: Warga Pulubala Gorontalo Sementara Bakal Gunakan Jembatan Baja Portable

Padahal, Bundaran Saronde kerap menjadi titik temu masyarakat.

Lebih dari itu, Bundaran Saronde adalah landmark yang selalu dikunjungi oleh pendatang yang melintasi pusat Kota Gorontalo.

Kepala Bidang Pertamanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Gorontalo, Herni Suratinoyo, mengakui kondisi tersebut.

Ia menjelaskan, sejak dirinya mulai bertugas, penerangan di sekitar Bundaran Saronde memang tak ada.

“Tahun ini memang belum ada anggaran untuk penerangan Bundaran Saronde,” ujar Herni saat diwawancarai, Selasa (29/4/2025).

Keterbatasan anggaran membuat upaya perbaikan tertunda.

Herni menambahkan, pemerintah memilih tidak melakukan perbaikan sementara yang kualitasnya rendah.

Sebaliknya, mereka memprioritaskan perencanaan matang untuk penataan ulang secara menyeluruh.

“Tahun ini kita fokus dulu pada perencanaannya. Desainnya sedang disusun, dan kami akan kawal agar hasilnya benar-benar mencerminkan identitas budaya Gorontalo,” jelas Herni.

Baca juga: Guru Besar UNG Sebut Gorontalo Terancam Masuk Perangkap Kemiskinan, Apa Penyebabnya?

Penataan Bundaran Saronde nantinya akan menjadi bagian dari program revitalisasi besar yang juga mencakup dua ikon taman lainnya: Taman Taruna Remaja dan Taman Kota.

Herni menegaskan, seluruh penataan itu akan dikemas dalam satu paket perencanaan agar lebih terintegrasi dan maksimal.

Mengenai besarnya biaya yang dibutuhkan, Herni mengaku masih menunggu selesainya penyusunan desain sebelum anggaran bisa dipastikan.

“Kita ingin memastikan hasil akhirnya tidak hanya estetik, tetapi juga tahan lama. Lebih baik dirancang dengan serius daripada terburu-buru dan akhirnya tidak awet,” tegasnya.

DLH berharap, melalui revitalisasi besar ini, Bundaran Saronde dapat kembali menjadi kebanggaan warga Gorontalo.

Baca juga: Guru Besar UNG Sebut Gorontalo Terancam Masuk Perangkap Kemiskinan, Apa Penyebabnya?

Sekaligus ia berharap Bundaran Saronde menarik minat lebih banyak wisatawan untuk menikmati pesona Kota Gorontalo di malam hari. 

Apa Itu Bundaran Saronde?

Bundaran Saronde adalah icon Kota Gorontalo yang menampilkan sepasang kekasih yang sedang menari Saronde. 

Tarian Saronde adalah tarian tradisional dari Gorontalo yang biasanya ditampilkan pada malam pertunangan sebagai bagian dari rangkaian upacara pernikahan adat.

Tarian ini memiliki makna simbolik, terutama terkait dengan menunjukkan kemampuan dan kesiapan calon mempelai pria untuk mendampingi calon mempelai wanita.  

Tarian Saronde, atau "molapi saronde" (menjatuhkan/memperlihatkan selendang yang harum), adalah bagian penting dari pernikahan adat Gorontalo.

Tarian ini menunjukkan kemampuan dan kesiapan calon mempelai pria.

Tarian Saronde biasanya ditampilkan di rumah calon mempelai wanita, pada malam hari "H" pernikahan, setelah sholat Isya.

Ruangan yang digunakan biasanya dulodehu (ruang tengah tempat keluarga berkumpul).

Tarian ini diawali dengan penghormatan kepada orang tua dan keluarga, kemudian dilanjutkan dengan gerakan melangkahkan kaki dan ayunan tangan yang memegang selendang.

Tarian diiringi oleh musik rebana dan nyanyian vokal Turunani, yang bernuansa Islam.  

Tarian Saronde menunjukkan bahwa calon mempelai pria siap untuk membangun rumah tangga dan menjaga calon mempelai wanita. (*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved