Berkat Nonton Walid di Serial Bidaah, Santriwati Berani Bongkar Kekerasaan Seksual Pimpinan Ponpes

Setelah menonton serial Bidaah, tujuh santriwati di Lombok laporkan kasus pelecehan seksual pimpinan pondok yang modusnya mirip Walid.

Editor: Andriyani
Tangkap Layar Viu.com
WALID DI SERIAL BIDAAH - Tangkap layar serial Bidaah episode 1 yang diambil dari laman Viu.com. Setelah menonton serial Bidaah, tujuh santriwati di Lombok berani melaporkan pemimpin pondok pesantren AF yang atas pelecehan seksual yang dilakukan dengan modus mirip Walid. 

TRIBUNGORONTALO.COM - Kasus kekerasan seksual di sebuah Pondok Pesantren di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) terungkap berkat viralnya Walid, tokoh dari sebuah serial asal Malaysia berjudul Bidaah.

Setelah menonton serial Bidaah, tujuh santriwati memiliki keberanian untuk melaporkan pemimpin pondok pesantren berinisial AF.

Pasalnya, modus yang dilakukan AF mirip dengan yang dilakukan karakter Walid dalam serial Bidaah

Karakter tokoh Walid Muhammad Mahdi Ilman dalam drama terebut digambarkan sebagai sosok pemimpin kelompok sekte sesat.

Dalam serial tersebut, Walid mengaku sebagai Imam Mahdi, pemimpin umat muslim jelang kiamat. 

Selain itu, Walid juga memperdaya dan menyetubuhi para santrinya dengan dalih agama.

Karakter Walid dan alur cerita serial drama terebut memiliki banyak kesamaan dengan pengalaman yang dialami para santriwati.

Sehingga mereka melaporkan perbuatan AF ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Mataram.

Joko Jumadi, perwakilan Koalisi Stop Anti Kekerasan Seksual NTB mengatakan, peristiwa kekerasan seksal yang dialami para santri tersebut terjadi sejak tahun 2016 sampai 2023.

Baca juga: Hindari Pelecehan Seksual, Kemenkes Terbitkan SOP Baru: Ruang Kosong di Rumah Sakit Harus Tersegel

"Korban (kini) sudah menjadi alumni," kata Joko Jumadi, pada wartawan, Senin (21/4/2025).

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram itu mengungkapkan, kasus ini terungkap setelah para korban selesai menonton serial drama Malaysia berjudul "Bidaah".

Para korban merasa apa yang ditampilkan dalam film tersebut, sama dengan yang dialami saat mereka menimba ilmu di ponpes.

"Karena film Walid ini mereka berani untuk speak up (berbicara)," jelas Joko Jumadi.

Sampai saat ini, diketahui sudah ada 20 santriwati yang mengaku sebagai korban.

Tapi baru tujuh orang yang sudah diperiksa dan melapor ke polisi.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved