Polemik Bank SulutGo

Soal Polemik BSG, Akademisi Jawa Timur Ini Tawarkan Solusi Bijak untuk Kemandirian Ekonomi Gorontalo

Difa Amalia Dude menawarkan solusi yang dianggap bijak untuk kemandirian ekonomi Provinsi Gorontalo. 

Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Fadri Kidjab
Dok pribadi Difa Amalia Dude
POLEMIK BSG - Foto Difa Amalia Dude, sosok Akademisi Jawa Timur. Difa memberikan sejumlah solusi terbaik bagi kemandirian ekonomi Provinsi Gorontalo di tengah polemik BSG. 

TRIBUNGORONTALO.COM – Difa Amalia Dude menawarkan solusi yang dianggap bijak untuk kemandirian ekonomi Provinsi Gorontalo. 

Difa yang merupakan dosen Institut Agama Islam Garuttaqwa Gresik Jawa Timur itu ingin ambil andil untuk membangun Gorontalo. 

Bukan tanpa alasan, kendati saat ini ia berada di tanah rantau, empatinya untuk Gorontalo yang merupakan daerah asalnya, tak pernah surut.

"Saya akademisi dari Jawa Timur tapi darah saya asli Gorontalo," kata Difa kepada TribunGorontalo.com, Rabu (16/4/2025).

Magister Sains Ekonomi Islam ini menilai, selama 24 tahun Gorontalo berdiri sebagai provinsi, Gorontalo masih memiliki masalah dari segi kemandirian ekonomi dan pembangunan infrastruktur. 

"Kita tampak masih berada di bawah bayang-bayang Provinsi Sulawesi Utara," ujar Difa. 

Realitas itu tercermin pula pada kendali dan pengaruh kita terhadap lembaga keuangan, khususnya Bank SulutGo (BSG). 

Dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) terakhir yang diadakan pada tanggal 9 April 2025 di Manado, tidak satupun perwakilan dari Gorontalo berhasil menembus jajaran direksi maupun komisaris. 

Hal ini segi perekonomian dinilai wajar karena  ditelusuri data, saham pemerintah se-Gorontalo jika digabungkan mencapai sekitar 18,65 persen.

"Angka yang masih kalah jika dibandingkan dengan kepemilikan Bank Mega, yang mencapai 24,82 persen," tuturnya.

Ada perbedaan kontras antara Gorontalo dan Sulut. Pertama pendapatan Sulawesi Utara diproyeksikan mencapai Rp17,697 triliun pada tahun 2025, sedangkan Gorontalo hanya sekitar Rp8,10 triliun. 

"Kedua jumlah penduduk Sulawesi Utara 2,6 juta penduduk, dibandingkan Gorontalo yang hanya  1,23 juta," tambahnya. 

Melihat fakta ini, kata dia, bukan tidak mungkin Gorontalo bisa bangkit dan berkembang. 

Solusi pertama yakni menambah modal untuk meningkatkan daya tawar. 

"Langkah ini memang dapat memberikan dorongan jangka pendek. Penambahan modal bisa meningkatkan posisi tawar dalam struktur kepemilikan dan pengambilan keputusan," jelas Difa. 

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved